Tuesday, September 6, 2016

Wood Chemical Industry: Potensi Indonesia yang Terlupakan



Indonesia sebagai Negara yang berada di kawasan khatulistiwa memiliki potensi biomassa yang sangat besar. Luas hutan di Indonesia berdasarkan data BPS mencapai 124 juta hektar dan 58,14 % diantaranya adalah hutan produksi. Produksi kayu di Indonesia pada tahun 2013 adalah 4,85 juta m3 (BPS 2014). Kayu yang diproduksi sebagian besar hanya dijadikan sebagai bahan baku furniture atau langsung di ekspor ke luar negeri.

Zaman dahulu, sebagian besar penduduk Indonesia telah menggunakan kayu untuk berbagai keperluan mulai dari bahan bangunan sampai bahan bakar. Untuk penggunaan kayu sebagai bahan bakar, kebanyakan langsung membakar kayu dan memanfaatkan panas yang dihasilkan. Akan tetapi, karena kayu tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama maka kayu disimpan dalam bentuk arang. Arang memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dan daya tahan yang lebih lama dibandingkan dengan kayu.

 
Gambar 1 Komponen utama penyusun kayu (sumber : umaine.edu)

Kayu terdiri dari tiga komponen utama, yaitu lignin, selulosa dan hemiselulosa. Kandungan kimia dari kayu sangatlah beragam tergantung dari jenis kayunya. Akan tetapi, secara umum kandungan kimia dari kayu adalah fix carbon, volatile matter, moisture, dan abu. Fix carbon merupakan komponen yang paling sering digunakan dalam kayu terutama untuk dijadikan arang. Arang yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar, bahan baku farmasi, dan penjernih air. Untuk mendapatkan fix carbon, kayu dipanaskan pada temperatur 200-300 oC. Pada temperatur tersebut, kayu akan mengalami pirolisis yaitu perengkahan molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Produk yang dihasilkan selain arang adalah wood gas dan volatile matter. Proses tersebut disebut wood distillation.

Wood gas merupakan salah satu hasil dari proses wood distillation. Jenis kayu sangat memengaruhi jumlah dan komposisi wood gas yang dihasilkan. Wood gas dapat digunakan sebagai gas pembakaran apabila memiliki komposisi 17% metana, 2% hydrogen, 23% karbon monoksida, 38% karbon dioksida, 2% oksigen, dan 18% nitrogen. Nilai kalor dari wood gas sekitar 1/3 dari nilai kalor gas alam (FAO, 1983).

Volatile matter mengandung tar, asam asetat, metanol, aseton, dan asam yang lebih kompleks dan zat lainnya (FAO, 1983). Komponen-komponen penyusun tar memiliki banyak manfaat baik di bidang industrik kimia. Tar dapat digunakan sebagai pelapis kayu agar tidak lapuk dan dimakan serangga kayu. Asam asetat merupakan zat yang berfungsi sebagai pengatur keasamaan pada makanan dan sebagai bahan baku industri polimer. Metanol merupakan bahan baku untuk industri formaldehid dan dimetil eter. Kedua senyawa tersebut digunakan secara luas sebagai bahan baku untuk industri kimia. Aseton digunakan secara luas sebagai pelarut pada proses kimia dan cairan pembersih. Sayangnya, saat ini hampir semua kebutuhan akan asam asetat, metanol, dan aseton disuplai dari industri proses berbahan dasar minyak dan gas bumi. Tar sebagai pelapis kayu posisinya juga telah digantikan oleh melamik, politur, nitro cellulose, dan polyurethane yang didapatkan dari sintesis kimia.

Sekarang ini, pengembangan teknologi biomassa terutama kayu sangatlah lambat. Hal ini dikarenakan masyarakat dan Industri lebih memilih minyak bumi dan gas alam sebagai bahan bakar dan bahan baku Industri. Selain harganya yang lebih murah, sifat minyak bumi dan gas alam yang lebih mudah dikendalikan. Akan tetapi ketersediaan gas alam dan minyak bumi akan menurun dan harganya semakin melambung seiring berjalannya waktu sehingga diperlukan alternative pengganti untuk industri berbahan baku gas dan minyak bumi. Jika kita melihat potensi yang ada di Negara kita, biomassa merupakan jawaban dari semua permasalahan tadi. Pengembangan biomassa sebagai sumber energi telah lama dilakukan di Indonesia.

 
Gambar 2 Pohon industri dari bahan baku kayu (sumber : what-when-how.com)

Akan tetapi, pengembangan ke arah industri kimia hampir belum tersentuh. Teknologi pemrosesan biomassa masih sebatas teknologi produksi kertas dan karet. Pengembangan lain seperti kea rah industry bioenergi juga baru mulai berkembang di Indonesia. Mengingat besarnya potensi yang dimiliki negara kita serta keterbatasan ketersediaan minyak bumi dan gas, kita harus mulai berpikir bagaimana memanfaatkan potensi tersebut ke arah yang lain. Sebagai seorang mahasiswa, sudah sepantasnya kita yang ikut aktif memikirkan solusi nyata untuk menghadapi kenyataan terebut. Selain penelitian, usaha untuk mengkomersialkan industri wood chemical juga harus dilakukan. Kebutuhan finansial yang besar pada proses produksi bahan kimia dari kayu dapat ditutupi dengan penjualan arang sebagai salah satu hasil wood distillation. Selain itu, integrasi antara perkebunan dengan pabrik wood chemical juga harus dilakukan untuk memastikan ketersediaan bahan baku secara terus menerus. Hal ini karena perkebunan di Indonesia baik itu perkebunan sawit, karet, ataupun perkebunan lain letaknya tersebar di berbagai daerah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, teknologi mobile industry mungkin bisa menjadi solusi. Unit yang harus mobile adalah unit pembersihan kayu, pemotongan kayu, unit pengeringan, dan unit wood distillation. Hasil dari wood distillation berupa arang dapat langsung dipasarkan. Sedangkan produk berupa volatile matter dan gas kayu dibawa ke pabrik untuk diproses lebih lanjut menjadi bahan kimia yang diinginkan.

Sudah saatnya kita semua menyadari kondisi yang terjadi sekarang ini dan potensi yang kita miliki. Dengan mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang kita miliki diharapkan dapat menyelesaikan permasalah Indonesia saat ini. Baik dari keilmuan teknik kimia, maupun dari keilmuan yang lain harus saling bahu-membahu dalam membangun bangsa ini khususnya di bidang industry wood chemical. Jangan sampai kita sekedar menyerap semua teknologi maju yang ada dari luar. Kita harus memiliki teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan kita dan sesuai dengan potensi yang kita miliki.






Gheady Wheland Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa Teknik Kimia ITB


No comments:

Post a Comment