Tuesday, October 25, 2016

Resensi Buku: How to Win Friends and Influence People in the Digital Age





Judul: How to Win Friends and Influence People in the Digital Age
Penulis: Dale Carnegie & Associates, Inc., bersama Brent Cole
Penerjemah: Nengah Krisnarini
Perwajahan: Era Saptiana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kesebelas, Agustus 2015
Tebal: xxiii + 281 halaman
ISBN: 978-602-03-1645-1
Harga: Rp 75.000,00
Rating saya: 4/5



“Kemungkinan besar, masalah terbesar yang anda hadapi adalah berurusan dengan orang lain” (hal. Ix)

Pernyataan tersebut yang melandasi Dale Carnegie untuk menulis sebuah buku berjudul “How to Win Friends and Influence People”. Manusia merupakan makhluk social yang harus hidup berdampingan dengan orang lain. Secara langsung maupun tidak langsung, sekumpulan orang yang hidup berdampingan pasti harus menjalani suatu interaksi satu sama lain. Banyak orang yang memiliki banyak ide cemerlang, tetapi karena hubungannya dengan orang lain tidak bagus sehingga ide cemerlang tersebut hanya berhenti sampai di pikiran saja.

Buku karya Carnegie ini sudah dicetak ulang dalam berbagai Bahasa di seluruh belahan dunia. Selain itu, isi buku ini juga sudah menyesuaikan dengan perubahan zaman. Kita berada di zaman dimana ketika kata-kata yang salah atau salah dimengerti bisa menimpulkan bencana (James Thurber, hal ix) dan informasi bisa menyebar dengan begitu cepat dengan bantuan teknologi. Karena itulah buku ini mengalami perubahan untuk menyesuaikan di Digital Age tanpa mengubah makna dan isi yang ingin disampaikan oleh buku aslinya.

Buku yang saya resensi ini merupakan hasil tulisan dari lembaga Dale Carnegie bersama Brent Cole. Buku ini terdiri dari 4 bagian yang akan menjelaskan kepada kita secara bertahap bagaimana cara memenangkan teman dan memengaruhi orang lain.


Bagian Pertama : Yang Perlu Dilakukan dalam Keterlibatan.
Jika saya adalah masalah dalam dunia ini, dan begitu juga anda, kita bisa berhenti berpikir siapa yang benar. Mulailah untuk berpikir bagaimana memperbaiki dunia ini. Kuburkan bumerang anda, kata-kata anda akan membentuk sebuah jalan yang lebih cepat menuju kemajuan (hal. 15). Selain itu, dalam berhubungan dengan orang lain kita harus menegaskan hal-hal baik baik. Segala kemajuan yang hebat dan pemecahan masalah dengan pihak lain terjadi saat setidaknya salah satu pihak bersedia mengakui kebaikan yang ada (hal. 28). Dan yang tidak kalah penting dalam berhubungan dengan orang lain, cobalah berikan sentuhan interpersonal yang mengenai bagian terdalam dari diri seseorang.

Bagian Kedua : Enam Cara untuk Memberikan Kesan yang Bertahan Lama.
Carnegie menguraikan enam cara untuk memberikan kesan kepada orang lain dan kesan tersebut dapat bertahan lama. Yang pertama adalah menunjukkan minat terhadap minat orang lain. Sedikit orang yang sadar bahwa orang lain sebenarnya tidak begitu tertarik ketika kita berbicara mengenai diri kita sendiri. Yang kedua adalah tersenyum. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang paling mudah untuk dilakukan, namun kebanyakan orang lupa untuk melakukannya. Padahal dengan tersenyum akan meningkatkan nilai wajah anda (hal.67). Yang ketiga adalah berkuasa dengan nama. Orang lain akan lebih tertarik dan memberikan perhatian kepada kit ajika kita memanggilnya dengan namanya. Yang keempat adalah menyimak lebih lama. Dengan menyimak lebih lama, kita akan mendapatkan kekuatan untuk mengubah hati dan pikiran. Selain itu, menyimak adalah kekuatan untuk memberikan apa yang sangat diinginkan orang lain untuk didengar dan dimengerti (hal. 83). Selain itu, dengan mendengarkan akan membuat seseorang mendapatkan rasa hormat yang besar (hal. 87). Yang kelima adalah membahas apa yang penting bagi mereka. Seringkali disaat kita berbicara dengan orang lain, kita akan cenderung membicarakan hal yang menarik bagi diri kita sendiri. Padahal, seharusnya anda membahas hal yang penting bagi mereka terlebih dahulu. Jika anda melakukan sebaliknya, telinga mereka pun tidak akan mendengarkan anda. Dan yang keenam adalah membuat orang merasa lebih baik. Selalu coba untuk membuat orang lain merasa sedikit lebih baik, dan anda mungkin akan mengetahui bagaimana tindakan itu bisa menjadikan anda besar dank e mana anda dibawanya.

Bagian Ketiga : Cara Mendapatkan dan Menjaga Kepercayaan Orang Lain
Kepercayaan merupakan sesuatu yang sangat mudah orang untuk kehilangannya, namun begitu sulit untuk mengembalikannya. Carnegie mencoba memberikan saran kepada kita bagaimana agar kita dapat mendapatkan dan menjaga kepercayaan yang diberikan orang lain kepada kita. Yang pertama adalah menghindari argumen. Di zaman sekarang ini kita menghabiskan begitu banyak waktu di internet dengan berdebat atau memberikan argumen. Coba buat diri anda berbeda dengan menjadi pihak yang menghindari argumentasi (hal 118). Kemudian, yang kedua adalah jangan pernah berkata “kau salah”. Walaupun orang lain memang salah, namun sebisa mungkin kita jangan secara langsung menyalahkan dia atas apa yang dia kerjakan. Hal ini karena hanya sedikit orang yang menanggapi secara logis saat diberitahu bahwa mereka salah (hal. 129). Yang ketiga adalah mengakui kesalahan dengan cepat dan sungguh sungguh. Saat kita melakukan kesalahan, kita harus dengan cepat dan sungguh sungguh mengakui bahwa kita benar-benar salah. Yang keempat adalah awali dengan sikap ramah. Jika anda ingin suara anda menjangkau melewati kebisingan dan menembus permukaan agar orang lain bergerak ke arah anda, awalilah dengan sikap ramah (hal. 147). Dengan begitu, anda akan dapat dengan mudah membuat orang lain bersimpati dan bersikap ramah kepada anda. Yang kelima adalah mengakses afinitas. Dalam komunikasi, anda harus menawarkan kepada mereka apa yang mereka inginkan jika anda ingin memulai dengan kata “ya” dan terus menjaganya (hal. 153). Semakin banyak akta “ya” yang anda dapatkan di awal, semakin besar kemungkinan anda untuk berhasil mendapatkan kata “ya” untuk ide, solusi, atau transaksi anda (hal. 155). Yang keenam adalah membiarkan orang lain mendapatkan pengakuan. Sejatinya setiap orang membutuhkan pengakuan atas apa yang dia perbuat. Oleh karena itu, cobalah untuk memberikan pengakuan terhadap apa yang orang lain lakukan dan tahan ego pribadi yang ingin membanggakan diri sendiri. Kesuksesan bukanlah mengenai perhatian dan pujian. Kesuksesan adalah mengenai kemitraan dan kemajuan (hal. 163). Yang ketujuh adalah terlibat secara empatik. Saat anda meluangkan waktu untuk melihat dari perspektif orang lain, anda akan bersimpati pada perasaan dan gagasannya. Tapi ingat, empati bukanlah sebuah taktik networking untuk dipelajari, namun empati adalahs ebuah tautan kepada kemakmuran di dalam hubungan manusia (hal. 169). Yang kedelapan adalah menggugah sifat mulia. Menggugah sifat baik dalam diri orang-orang yang ingin kita pengaruhi bisa memberikan imbalan yang hebat untuk diri kita. Untuk itu, cobalah menggugah sifat baik dan anda pun dapat menggerakkan orang banyak, dan menggerakkan diri anda sendiri bersama dengan mereka. Kesembilan adalah berbagi perjalan. Setiap orang memiliki kisah perjalanannya masing masing dan alangkah baiknya jika kisah tersebut dibagikan kepada orang lain. Dan yang terakhir adalah memberikan tantangan bagi orang lain.

Bagian Keempat : Cara Menuntun Perubahan Tanpa Penolakan atau Kebencian
Untuk membawa suatu perubahan kepada individu atau suatu kelompok tanpa terjadi penolakana tau bahkan kebencian, Carnegie membagikan beberapa poin penting untuk mencapai hal tersebut. Pertama-tama, awali dengan sifat positif dan akui kekurangan kita. Dengan begitu orang lain akan lebih bisa menerima kita. Lalu mulailah untuk menyampaikan kesalahan tapi tanpa menarik perhatian orang bahwa kita ingin memperbaiki kesalahan tersebut. Lalu cobalah untuk mengajukan pertanyaan daripada memberikan perintah secara langsung untuk membuat suatu perubahan. Lalu cobalah untuk memberi peringatan pada kesalahan yang masih terjadi dan tetap berfokuslah pada kemajuan. Dan yang terakhir adalah memberi semagat reputasi yang baik kepada orang lain dan teruslah terhubung dengan pihakan yang sama seperti di awal.


Dari ringkasan singkat 4 bagian dari buku Carnegie tersebut kita dapat mengambil banyak pelajaran hidup terutama tentang hubungan kita dengan orang lain. Banyak dari poin poin yang disampaikan ternyata sangat sesuai dengan apa yang kita alami saat ini. Dan mungkin kita akan sering berkata dalam pikiran “Wah, iya ternyata benar juga apa yang dikatakan oleh buku ini,”. Itu karena sebenarnya apa yang disampaikan oleh Carnegie sebagian besar adalah hal yang sudah kita ketahui sebelumnya, akan tetapi kita hanya “tidak sadar” bahwa kita tahu. Buku ini juga telah mengalami penyesuaian terhadap kondisi zaman digital seperti sekarang ini. Contoh yang diberikan maupun masukan yang diberikan mengenai hubungan antar individu telah mempertimbangkan kemajuan teknologi informasi dan komunasi. Jarak yang tak lagi menjadi batasan seseorang untuk berkomunasi dengan orang lain juga telah diperhitungkan.

Namun, jika ditinjau lebih lanjut lagi buku ini sebenarnya merupakan buku yang “terlalu baik”. Semua yang dijelaskan di dalam buku ini merupakan kondisi ideal yang sejatinya tidak sepenuhnya ada di masyarakat. Karena, kadang-kadang ada kondisi dimana kita harus mengambil keputusan yang buruk. Buruk disini bukan berarti bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku, namun lebih ke jauh dekatnya hubungan kita dengan orang lain. Selain itu, contoh-contoh yang diambil dalam buku ini sebenarnya kurang dapat mengena langsung di hati pembaca khususnya yang tidak berada senegara dengan asal dari buku ini. Hal ini karena contoh-contoh yang diambil sebagian besar merupakan kisah yang terjadi di negeri Paman Sam, tempat asal buku ini ditulis. Oleh karena itu, kita sebagai penduduk Indonesia yang mungkin tidak sepenuhnya familiar dengan contoh yang diberikan akan sulit menyerapi isi yang disampaikan.

Secara keseluruhan, buku ini merupakan buku pengembangan diri yang cukup ringan dan saya sangat merekomendasikan anda untuk membacanya. Apalagi bagi kalangan muda yang masih belajar di bangku kuliah, yang belum sepenuhnya menapaki dunia luar. Sebelum tiba waktunya berinteraksi langsung dalam masyarakat, ada baiknya kita belajar terlebih dahulu bagaimana cara yang baik untuk berinteraksi. Dan tidak hanya sekedar berinteraksi, namun dapat memenangkan hati dan memengaruhi orang lain.


“Karena kita mahasiswa, merupakan agen perubahan.”




Gheady Wheland Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa Teknik Kimia ITB