Friday, November 25, 2016

Resensi Buku: Outlier - Rahasia di Balik Sukses



(sumber gambar: griyabuku.co.id)

Judul: Outliers: Rahasia di Balik Sukses
Penulis: Malcolm Gladwell
Penerjemah: Fahmy Yamani
Perwajahan: Agus Purwanta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kesembilan, Mei 2016
Tebal: ix + 339 halaman
ISBN: 978-979-22-4476-2
Harga: Rp 60.000,00
Rating saya: 3,7/5




“Ini adalah buku tentang outlier, yaitu orang-orang yang melakukan hal-hal diluar kebiasaan”
(hal. 16)

Kebanyakan buku yang beredar di pasaran mengenai kisah sukses seseorang maupun langkah menuju kesuksesan hampir selalu memandang bahwa orang sukses itu adalah orang yang senang bekerja keras, memiliki daya juang tinggi, memiliki sifat kepemimpinan, dan masih banyak sifat baik yang lain. Namun, dalam buku Outlier ini, Gladwell mencoba mengangkat sisi lain dari kisah sukses seseorang dari keluarga mereka, tempat lahir mereka, bahkan tanggal mereka dilahirkan. Dari situ bisa terlihat bahwa kisah kesuksesan seseorang itu ternyata jauh lebih rumit dari yang kita pikirkan selama ini.

Buku ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama: Kesempatan, dan bagian kedua: Warisan Budaya. Bagian pertama menjelaskan mengenai orang yang dapat meraih sukses besar karena mendapatkan kesempatan untuk menjalani pekerjaan yang kelak akan mendukung kesuksesannya. Sedangkan bagian kedua membahas tentang penurunan budaya yang memengaruhi kesuksesan seseorang. Berikut ini merupakan uraian singkat dari buku outlier karangan Malcolm Gladwell.


Bagian Satu: Kesempatan
Pada bagian ini Gladwell banyak memberikan contoh bagaimana kesuksesan seseorang di masa mendatang itu berasal dari kesempatan yang mereka perolah di masa lalu. Contoh yang pertama adalah mengenai tanggal lahir yang berpengaruh pada prestasi seseorang pemain Hoki. Di Kanada dan Cekoslowakia, pemain hoki yang lahir pada awal tahun memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjadi pemain professional. Hal ini karena batas umur penerimaan berbagai kelas usia hoki adalah tanggal 1 Januari. Sehingga orang yang lahir di awal tahun memiliki kesempatan berlatih dan bermain yang lebih banyak dibandingkan dengan yang lahir di akhir tahun, walau umur mereka sama.
Selain tanggal lahir, kesuksesan seseorang juga berasal dari kesempatan yang mereka peroleh di masa lalu untuk berlatih dan berkutat di dunia yang mereka geluti. Contoh dari tokoh sukses yang memeroleh kesempatan berharga tersebut adalah The Beatles. Band paling fenomenal dalam sejarah tersebut sebelum terkenal, memiliki kesempatan untuk tampil di klub striptease di Hamburg selama 8 jam sehari. Total jam terbang mereka lebih dari 10.000 jam. Karena jam terbang yang sangat tinggi itulah mereka bisa mencapai kesuksesan.

Kemudian contoh kesuksesan yang lain adalah sekumpulan anak cerdas yang diteliti oleh Terman. Dia membagi anak cerdas tadi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A dan kelompok C. Kelompok A adalah siswa yang cerdas dan termasuk anak dari orang tua golongan ekonomi menengah keatas, sedangkan kelompok C merupakan anak cerdas namun berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah kebawah. Di awal pengamatan didapatkan mereka semua memiliki prestasi akademik yang hampir sama, namun setelah dewasa ternyata anak dari kelompok A banyak yang meraih kesuksesan, sedangkan dari kelompok C hanya sedikit. Hal ini terjadi karena anak dari kelompok A memiliki kesempatan lebih untuk mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri dan memiliki lebih banyak buku bacaan dirumahnya.

Bagian Dua: Warisan Budaya

Di bagian kedua, Gladwell menjelaskan bagaimana sebuah warisan budaya bisa memengaruhi kesuksesan seseorang dan hidup yang mereka jalani. Contoh yang pertama adalah kehidupan warga di Kota Harlan dimana disana orang-orang memiliki budaya kehormatan diri yang sangat tinggi. Sehingga hanya akrena ejekan remeh saja bisa mengakibatkan pembunuhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa suatu kebiasaan dan budaya bisa berpengaruh kepada kehidupan seseorang.
Contoh yang kedua adalah hubungan asal pilot pesawat terbang dengan tingkat kemungkinan kecelakaan suatu pesawat. Didapatkan bahwa di sebagian besar kecelakaan pesawat ternyata dikendarai oleh pilot yang berasal dari kawasan asia yang notabene memiliki budaya menghormati orang yang lebih tua. Budaya tersebut mengakibatkan komunikasi antar pilot menjadi kaku. Berbeda dengan pilot yang berasal dari negara-negara barat dimana umur tidak begitu memengaruhi cara komunikasi. Dengan gaya yang blak-blakan ala barat ternyata dapat memperlancar komunikasi dan mengurangi kemungkinan kecelakaan pesawat.

Contoh yang lain adalah kesuksesan bangsa di asia di bidang matematika. Bangsa asia terkenal sangat handal di bidang matematika dibandingkan bangsa barat. Hal itu karena bangsa asia sebagian besar merupaka bangsa bertani, dimana dalam bertani memerlukan kerja keras dan ketekunan yang tinggi. Itulah yang menyebabkan bangsa asia handal dalam pelajaran matematika yang juga memerlukan kerja keras dan ketekunan.

Selain itu, ternyata warna kulit juga berpengaruh pada kesuksesan seseorang. Di Jamaika, yang dahulu pernah dijajah oleh bangsa kulit putih, ternyata orang berkulit putih atau berkulit campuran memiliki kemungkinan sukses lebih besar dibanding orang berkulit hitam. Hal ini karena dahulu orang kulit putih dianggap lebih unggul dibanding kulit berwarna. Sehingga mereka dan keturunannya akan mendapat status yang tinggi di masyarakat dan memudahkan mereka untuk menjadi orang sukses.


Dari ringkasan singkat dari buku Gladwell diatas kita dapat mengambil banyak pelajaran hidup terutama mengenai suduti pantang kita tentang sebuah kesuksesan. Selain kerja keras, kepintaran, dan daya juang yang tinggi ternyata banyak faktor lain yang dapat memengaruhi kesuksesan seseorang. Tanggal lahir, tempat lahir, budaya tempat kita tinggal, suku bangsa hingga warna kulit ternyata turut memengaruhi kesuksesan seseorang. Mungkin itu yang menyebabkan sangat sedikit orang yang bisa dikatakan sangat sukses, seorang outlier. Jika hanya kerja keras, kepintaran dan daya juang saja yang dapat mengantarkan seseorang kedalam kesuksesan maka kita bisa menjumpai beribu-ribu, bahkan jutaan Bill Gates di dunia ini. Tapi ternyata itu tidak terjadi.

Walaupun kita telah membaca buku ini dan mengetahui bahwa ada banyak faktor ‘X’ yang bisa membawa kita pada kesuksesan, yang mungkin tidak kita dapatkan, namun kita harus tetap berjuang untuk meraih kesuksesan. Karena pada hakikatnya manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin, dan hanya Sang Maha Pencipta yang bisa menentukan. Janganlah kita merasa merugi karena kita tidak dilahirkan pada tanggal dan tempat yang tepat, pada lingkungan yang baik, atau keluarga miskin. Tapi merasalah merugi baru jika kalian mengetahui semua kekurangan tersebut, namun kalian hanya diam, menyerah, dan tidak berusaha. Dan jika memang kita telah berusaha keras namun tetap saja tidak bisa menjadi orang sukses, maka berusahalah agar anak cucu kita kelak bisa menjadi orang sukses karena dilahirkan dari keluarga kita.



Gheady Wheland Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa Teknik Kimia ITB

Tuesday, November 22, 2016

NIKEL LIMONIT: Potensi Indonesia yang Masih Terbengkalai



Nikel merupakan logam yang sering kita jumpai bahkan sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasaya nikel digunakan bukan dalam bentuk murninya, namun dalam bentuk paduan logam (alloy). Hampir 84% nikel digunakan sebagai bentuk paduan logam, dan 68% diantaranya digunakan sebagai paduan logam stainless steel (INSG, 2016).

 Gambar 1 Batuan Limonit (http://www.memcbhubaneswar.in)

Nikel di alam dapat ditemukan dalam bentuk bijih saprolit dan limonit. Sebagian besar cadangan nikel di dunia merupakan bijih limonit yang memiliki kadar nikel rendah. Indonesia sendiri merupakan negara penghasil nikel terbesar ke-6 di dunia. Akan tetapi, Indonesia belum mampu memaksimalkan potensi yang sangat besar tersebut. Hanya nikel saprolit yang dapat diolah di dalam negeri sedangkan nikel limonit hanya ditelantarkan di area tambang menjadi tumpukan gunung limonit. Selain itu, limonit juga di ekspor ke luar negeri terutama ke negara Tiongkok dan Jepang. Hal tersebut terjadi karena di indonesia belum terdapat fasilitas pengolahan bijih nikel, terutama fasilitas pengolahan limonit. Menyadari hal itu, akhirnya pemerintah menerbitkan UU No. 9 Tahun 2009 mengenai pelarangan ekspor mineral mentah.


Gambar 2 Leaching plant (http://www.outotec.com)

Proses pengolahan limonit menjadi logam nikel dapat dilakukan dengan proses hidrometalurgi. Proses tersebut dipilih karena kadar nikel yang kecil dalam limonit sehingga sangat sulit untuk diolah menggunakan proses pirometalurgi. Terdapat dua jenis proses hidrometalurgi yang dapat dilakukan untuk memurnikan mengolah limonit, yaitu proses caron dan proses acid leaching. Proses caron merupakan kombinasi dari pirometalurgi dan hidrometalurgi dimana limonit terlebih dahulu diproses di dalam rotary kiln sebelum dilakukan proses leaching. Sedangakan proses acid leaching dapat langsung menggunakan limonit sebagai bahan bakunya tanpa melalui proses pirometalurgi terlebih dahulu. Proses acid leaching dapat dilakukan di kondisi atmosferik ataupun pada tekanan tinggi. Proses yang cukup menjanjikan dan sedang berkembang saat ini untuk mengolah limonit saat ini adalah high pressure acid leaching (HPAL). Proses HPAL dapat mengolah limonit dengan kadar Ni kurang dari 1,5% (Keyle, 2010). Selain itu, proses leaching pada HPAL juga dapat berlangsung lebih cepat dibandingkan proses leaching yang lain karena dilakukan pada tekanan dan temperatur tinggi.

Namun, dibalik segala kelebihan tersebut ternyata masih banyak ditemui banyak kendala dalam pelaksanaan prosesnya. Karena menggunakan temperatur dan tekanan tinggi sehingga dalam pengoprasiannya diperlukan standar safety yang tinggi serta pengendalian yang baik. Disitulah seharusnya peran sarjana teknik kimia yang bisa dibilang lebih mengetahui mengenai aspek safety dan sistem pengendalian. Sayangnya, masih jarang sarjana teknik kimia yang berkecimpung di bidang pengolahan logam, terutama proses hidrometalurgi. Padahal sekarang ini, cadangan mineral yang ada di bumi, khususnya nikel, semakin lama semakin menurun kualitasnya. Untuk itu, proses pirometalurgi cepat atau lambat akan digantikan dengan proses hidrometalurgi yang dapat mengolah mineral dengan kadar logam yang rendah.

Melihat potensi dan tantangan tersebut, sudah saatnya bangsa ini sadar akan potensi yang dimilikinya. Sudah seharusnya kita sadar bawah potensi yang kita miliki selama ini banyak yang hanya dirasakan manfaatnya oleh segelintir orang, orang asing pula. Apakah kita masih akan diam saja melihat penjajahan bentuk baru ini? Walaupun sebenarnya bukan bentuk yang benar-benar baru, karena 400 tahun yang lalu VOC juga menerapkan cara yang hampir serupa, yaitu menguasai sumber daya indonesia dengan memaksa kita menjualnya kepada mereka. Hanya saja sekarang, penjajah datang atas nama modal. Mereka datang dengan pakaian rapi dengan jas berdasi, dan memberi iming-iming kita akan manfaat lapangan pekerjaan yang luas dan pemasukan instan bagi negara. Namun ternyata, iming-iming tersebut hanyalah sebauh impian belaka, setidaknya bagi masyarakat pinggiran tak bermodal dan bertahta.




Gheady Wheland Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa Teknik Kimia ITB



Monday, November 21, 2016

Kilang Mini: Salah Satu Solusi Kemandirian Energi di Indonesia



Beberapa hari lalu, tepatnya hari Sabtu 19 November 2016, kami mahasiswa kelas pengilangan minyak bumi dan beberapa penghuni Laboratorium Teknik Reaksi Kimia ITB berkesempatan untuk mengunjungi kilang mini yang pertama dibangun di Indonesia. Kilang mini milik PT. Tri Wahana Universal (TWU) yang berlokasi di Dusun Clangap, Desa Sumengko,Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Kilang ini memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah total 16.000 bpsd (barrel per stream day). Produk yang dihasilkan dari kilang mini ini ada beberapa macam yaitu Naptha/SRG, HSD/solar, MDO (Marine Diesel Oil) dan VTB/Residu. Di sana, kami berkesempatan untuk bertemu dengan salah satu pemilik kilang, yang juga merupakan alumni Teknik Kimia ITB, Bapak Rudi Tavinos. Beliau memberikan banyak sharing mengenai pengalaman beliau selama membangun kilang mini tersebut.


Gambar 1. Kilang PT. TWU di Bojonegoro

Jika kita lihat sekilas, mungkin dengan kapasitas hanya 16.000 bpsd maka tidak akan berpengaruh banyak terhadap kontribusi pengolahan minyak nasional yang mencapai 800.000 bpsd. Namun bila kita tinjau lebih dalam lagi, ternyata pembangunan kilang mini ini memiliki efef domino baik bagi lingkungan sekitar kilang maupun industri minyak nasional.

Pembangunan kilang dapat menyerap tenaga kerja lokal sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar. Selain dapat menyerap tenaga kerja, ternyata pembangunan kilang juga dapat menumbuhkan UKM di sekitar kawasan pabrik. Misalnya, hasil pengolahan minyak bumi yang berupa VGO (vacuum gas oil) dapat diolah oleh warga sekitar untuk membuat lilin. Lilin tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan batik dimana nilai jualnya lebih tinggi dibanding VGO.


Gambar 2. Kegiatan Penyediaan BBM oleh Pertamina

Secara nasional, pembangunan kilang mini dapat menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan produksi maupun distribusi BBM di Indonesia. Dari gambar 2 terlihat bahwa Indonesia masih banyak melakukan impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri. Minyak mentah banyak diimpor dari negara Timur Tengah, sedangkan BBM sebagian besar diimpor dari Singapura. Ada sesuatu yang menggelitik dari fakta tersebut. Walaupun luas singapura jauh lebih kecil dari Indonesia, ternyata negara tersebut memiliki kilang dengan kapasitas sangat besar yaitu mencapai 1,5 juta bpsd dan dapat menyediakan BBM untuk negara sebesar Indonesia. Namun, apakah hanya faktor kapasitas yang menyebabkan indonesia ‘dipaksa’ mengimpor BBM dari Singapura? Tidak mampukah negara ini membangun kilang sendiri?

Kalau ditanya kemampuan membangun kilang, sebenarnya secara SDM Indonesia sudah mampur. Terlihat dari banyak sekali insinyur yang berkualitas di Indonesia. Masalah yang selalu menghambat pembangunan kilang adalah paradigma tentang pembangunan kilang yang bisa dibilang ‘salah’. Capital cost yang besar, margin keuntungan yang tipis, serta harga minyak dunia yang tidak stabil selalu menjadi alasan utama pemerintah maupun swasta enggan membangun kilang.

Masalah pertama yaitu capital cost yang besar bisa jadi penghalang awal pembangunan kilang di Indonesia. Akan tetapi, dengan konsep kilang mini yang hanya memiliki kapasitas kecil yaitu dibawah 20.000 bpsd akan menyebabkan capital cost menjadi rendah. 

Masalah selanjutnya adalah margin keuntungan yang tipis. Dalam industri pengolahan minyak bumi, pemilik pabrik tidak bisa menentukan harga bahan baku seenaknya karena harga minyak bumi selalu mengikuti harga dunia. Di indonesia sendiri untuk harga minyak mentah ditetapkan dari ICP (Indonesian Crude Oil Price). Harga jual produk berupa BBM juga ditetapkan oleh pemerintah. Jadi dua komponen harga tersebut sangat sulit untuk ‘dimainkan’ oleh produsen. Ada satu komponen harga yang sebenarnya masih dapat dikurangi yaitu hargra transportasi bahan baku dan produk.

Biaya transportasi minyak mentah bisa dikurangi dengan pembangunan kilang mini di dekat sumur minyak. Pembangunan jenis ini bisa mengurangi biaya transportasi minyak mentah ke kilang. Namun, karena sebuah sumur juga memiliki umur tertentu maka suatu saat minyak di sumur tersebut akan habis dan kilang akan berhenti beroprasi. Untuk itulah, pembangunan kilang bisa menggunakan konsep bongkar pasang. Jadi ketika sumber minyak sudah tidak dapat berproduksi lagi, kilang mini dapat dibongkar dan dipindahkan ke sumur lain.


Gambar 3. Jalur Distribusi BBM di Indonesia

Selain tranpsortasi minyak mentah yang buruk, indonesia juga memiliki sistem distribusi BBM sangat buruk. Dari Gambar 3 dapat terlihat bahwa transportasi BBM yang tidak efisien karena jarak yang harus ditempuh BBM menuju ke tiap-tiap daerah sangat jauh, terutama di daerah indonesia timur. Berbeda halnya jika Indonesia dapat membangun fasilitas kilang di daerah, terutama yang memiliki sumber minyak maka sistem distribusi akan semakin simple dan ongkos transportasi dapat dikurangi. Jangan hanya memusatkan pembangunan kilang di kawasan indonesia barat saja. Pantaslah kalau harga BBM di indonesia bagian timur jauh lebih mahal dari yang seharusnya ditetapkan pemerintah.

Di pulau jawa yang notabene merupakan daerah yang maju dan berpenduduk paling padat saja sistem distribusi BBM masih banyak menggunakan banyak mobil tangka BBM. Seharusnya jika sistem perpipaan BBM sudah terintegrasi dari ujung barat hingga ujung timur, maka pertamina tidak perlu lagi menggunakan mobil tangki yang biaya biaya transportasinya jauh lebih tinggi dibandingkan menggunakan pipa. Sehingga biaya total distribusi BBM dapat dikurangi.

Melihat berbagai permasalahan penyediaan bahan bakar yang dapat diatasi dengan pembangunan kilang mini, maka sudah seharusnya semua elemen termasuk pemerintah dan pengusaha memulai pembangunannya di Indonesia. Dan yang paling penting lagi adalah kemauan kita semua untuk memberantas mafia migas yang ada di Indonesia. Atau kalau tidak bisa dibasmi, setidaknya bapak presiden yang harusnya jadi bos mafia migas di negara yang dimpimpinnya. Jangan sampai kursi tersebut jatuh ke tangan orang lain, apalagi orang negeri sebelah.



Gheady Wheland Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa Teknik Kimia ITB


Sumber :
www.twurefinery.com Diakses pada 22 November 2016 pukul 08.30
https://ycharts.com/indicators/singapore_oil_refinery_capacities Diakses pada 22 November 2016 pukul 10.00
Presentasi bapak Rudy Tavinos, Kilang PT. TWU Bojonegoro, 19 November 2016.
Slide kuliah Teknologi Pengilangan Minyak Bumi, oleh Bapak Subagjo. Teknik Kimia ITB, tahun 2016