Saturday, April 9, 2016

Komunisme dan Sosialisme di Indonesia



Komunisme. Apa yang pertama kali anda pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Mungkin saya bisa sok tahu menebak anda sedang memikirkan sebuah ideologi radikal yang pernah mencoba menggulingkan pemerintahan Indonesia tahun 1965 dimana terjadi pembunuhan terhadap beberapa jendral besar di negeri ini. Ya, semua yang anda pikirkan itu memang diajarkan dalam pelajaran sejarah sejak kita bersekolah di sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Mungkin hampir semua guru kita mengajarkan bahwa komunisme itu sebuah paham radikal yang penuh dengan kekerasan dan harus disingkirkan dari bumi Indonesia. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari pun kita masih saja melihat atau mendengar orang yang anti atau mungkin menghindari pembicaraan tentang komunisme. Padahal, kalau kita tinjau lebih lanjut, sebenarnya apa bedanya kita membicarakan kapitalisme dengan kita membicarakan komunisme? Keduanya merupakan dua paham yang mendominasi bumi ini selama lebih dari satu abad terakhir.
Sikap anti komunisme dan sosialisme di Indonesia mungkin punya dasar yang kuat yaitu karena kejadian pemberontakan dan pembantaian PKI tahun ’65 yang ingin menurunkan pemerintahan saat itu. Namun, benarkah hal yang diceritakan dalam buku-buku sejarah itu yang benar-benar terjadi? Ataukah semua kejadian itu hanya sebuah konspirasi belaka dimana saat itu terjadi perebutan pengaruh antara amerika dan sekutu yang membawa kapitalisme dengan rusia dan pakta warsawa yang membawa komunisme. Tulisan ini tidak akan dibahas lebih lanjut mengenai teori konspirasi tersebut karena ilmu dan fakta yang penulis miliki masih kurang. Penulis hanya ingin membagi pikiran kepada para pembaca mengenai sosialisme yang merupakan dasar dari paham komunisme dan dinamikanya di Indonesia.
Mungkin banyak diantara kita yang masih rancu mengenai perbedaan antara sosialisme dan komunisme. Sosialisme merupakan suatu paham utopis atau pemimpi yang terbatas sekedar teori tanpa tindakan. Sedangkan komunisme merupakan sosialisme yang bertindak. Komunisme sendiri lahir dari paham sosialisme yang sudah ada sejak zaman industrialisasi di eropa. Paham ini pada awalnya dikenalkan oleh tokoh-tokoh sosialis seperti Robert Owen (1858) yang merupakan bapak koperasi modern dari inggris, Pierre Leroux dan Marrie Roch (1834) yang merupakan tokoh perancis. Mereka mengkritisi revolusi industri melalui pemikiran radikal bahwa telah terjadi perubahan dari manusia ke alat/mesin sehingga pemilik modallah yang menguasai perindustrian. Akibatnya, muncul golongan proletar dari kaum buruh yang menentang kamum kapitalis atau pemilik modal. Kemudian muncullah tokoh Karl Marx yang merupakan tokoh komunisme yang berasal dari paham sosialisme. Paham komunisme mencoba menggantikan system ketatanegaraan dan perekonomian menjadi system komunis.
Di Indonesia sendiri, komunisme mulai berkembang di awal abad ke-20. Tokoh komunis yang terkenal pada saat itu adalah Tan Malaka, seorang pahlawan Indonesia, orang yang bisa dibilang pertama kali mencetuskan ide mengenai pembentukan bangsa Indonesia dalam bukunya, “Naar de Republick Indonesia”, yang akhirnya harus terbunuh tahun 1949 oleh peluru dari bangsa yang dia bela selama bertahun-tahun. Pergerakan komunis di Indonesia mulai memuncak ketika terbentuk Partai Komunis Indonesia pada tahun 1921. Gerakan ini muncul karena kekejaman penjajah belanda pada saat itu yang mempekerjakan banyak orang Indonesia yang terkesan memeras seperti hewan perahan yang tidak pernah diberi makan. Hasil dari pekerjaan rakyat kita hanya dinikamati oleh pembesar belanda dan orang-orang dengan jabatan tinggi. Alhasil, masyarakat mulai merasa geram dengan keadaan tersebut dan terjadilah perlawanan terhadap kapitalisme penjajah berupa yang didasari paham komunisme. Komunisme yang dari awal terbentuk selalu konsisten untuk melawan kapitalisme yang dibawa oleh penjajah belanda ke negeri ini. Hanya ideologi islam mungkin yang bisa kita setarakan dengan ideologi komunis sebagai ideologi yang selalu aktif menentang kekuasaan penjajah.
Akan tetapi, kedua ideologi tersebut pada akhirnya tidak menjadi ideologi yang digunakan oleh bangsa Indonesia merdeka dalam system ketatanegaraannya. Bangsa ini malahan menggunakan ideologi lain yang disebut ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila sendiri bisa dibilang sebagai kombinasi dari tiga ideologi yang berkembang di negara ini, yaitu islam, sosialis, dan liberalis. Akan tetapi, dalam keberjalannnya malah ideologi Pancasila cenderung memihak salah satu ideologi yaitu liberalis. Pengaruh bangsa barat terhadap Indonesia sangat kuat sehingga mampu meruntuhkan rezim soekarno yang pada akhir jabatannya sangat dekat dengan blok timur. Puncaknya, kejadian G30S PKI yang kita kenal sekarang ini sebagai peristiwa kudeta yang gagal oleh PKI. Namun, benarkah yang terjadi sesuai dengan apa yang ditulis di buku sejarah kita? Banyak penelitian dan jurnal-jurnal mengatakan bahwa peristiwa G30S PKI sampai peristiwa supersemar ditunggangi kepentingan politik amerika. Entah benar atau tidak, yang pasti nyatanya sekarang kita condong ke negara barat yang menjunjung tinggi kebebasan individu serta penguasaan modal atau yang disebut liberalisme dan kapitalisme. Paham tersebut yang selama 350 tahun menyengsarakan rakyat kita, sekarang kita malah mendewakannya. Lihat saja, dalam kehidupan sehari-hari orang timur yang seharusnya menjunjung kebersamaan dalam kemufakatan sekarang malah condong ke kebebasan individualis dan pertentangan antar individu dan kelompok.
Selama 32 tahun, kita selalu di doktrin oleh rezim soeharto bahwa komunis adalah musuh bangsa yang harus dibasmi sampai akar-akarnya. Bahkan, untuk benar-benar membasmi ideologi tersebut dari Indonesia, rezim soeharto sampai menggunakan metode pembunuhan massal untuk membasmi orang yang diduga mendukung PKI adan menyebarkan ketakutan kepada masyarakat luas agar tidak lagi membicarakan atau bahkan mendukung ideologi yang sudah berjasa besar bagi bangsa ini. Entah siapa yang ada dibalik peristiwa tersebut, peristiwa yang tak pernah diadili secara hukum, peristiwa yang jauh lebih kejam dengan peristiwa G30S PKI. Sampai sekarang kasus pembunuhan massal terhadap antek PKI tersebut tidak pernah terdengar lagi.  Alhasil, produk 32 tahun doktrinasi soeharto masih dapat kita rasakan setelah 18 massa orde baru selesai. Masih banyak masyarakat yang anti membicarakan tentang komunisme, apalagi mendukungnnya. Dampak bagi siswa yang masih bersekolah pun masih sangat terasa, seperti pada pembelajaran sejarah di sekolah yang selalu menebar kebencian terhadap komunisme dan menghilangkan tokoh-tokoh komunis yang sebenarnya berjasa besar bagi negeri ini dari buku-buku sejarah. Selain itu, sebagai bangsa yang sebagian besar penduduknya beragama islam, komunis juga selalu diidentikkan sebagai ideologi yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Akibatnya, banyak faksi islam yang dulu sempat mendukung dan berjuang bersama komunis sekarang sangat anti terhadap ideologi tersebut. Bisa dikatakan ideologi yang satu ini sudah tidak memiliki tempat di negeri ini.
Jika kita lihat di dunia, paham komunisme juga makin lama semakin hilang akibat dorongan kapitalis. Puncaknya saat runtuhnya Uni Soviet yang menandakan runtuhnya negara terbesar pusat kegiatan komunisme di dunia. Akan tetapi, setelah beberapa tahun runtuhnya uni soviet, paham yang sudah lama hilang tersebut mulai berkembang lagi, namun dalam bentuk yang lebih modern yaitu sosialis-demokratis. Banyak negara maju, seperti negara-negara skandinavia di eropa sana yang telah menggunakan system pemerintahan sosialis-demokratis. Sebut saja negara swedia, norwegia, finlandia, semua negara tersebut merupakan negara maju yang sudah mulai menyadari bahwa mereka tidak bisa selamanya menggunakan paham kapitalis. Ada suatu saat dimana suatu negara sudah begitu maju, orang-orang didalamnya berpikir bagaimana untuk menyamaratakan kekayaan yang dimiliki terhadap orang lain. Dalam implementasinya, paham sosialis di negara tersebut dilakukan salah satunya dalam bentuk penerapan nilai pajak penghasilan yang hampir di atas 30%. Kita bandingkan dengan Indonesia yang pajak penghasilan hanya 10%. Pajak yang besar tersebut digunakan untuk sarana kebutuhan dasar manusia yaitu kesehatan, pendidikan, serta pelayanan publik yang lain. Alhasil, di negara-negara tadi kehidupan bisa dibilang terjamin terutama pendidikan dan kesehatan. Walaupun begitu, negara tetap mengakui kepemilikan individu, tidak seperti ideologi komunis yang tidak mengakui kepemilikan individu. Selain itu, negara sosialis-demokratis tetap menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dimana setiap manusia memiliki kebebasan individu. Sehingga bisa disimpulkan, sistem atau paham baru ini merupakan bentuk penyesuaian dan kombinasi antara ideologi kiri yaitu sosialis dan ideologi kanan yaitu demokrasi.
Kemudian, bagaimana dengan Indonesia? Haruskah kita mengikuti salah satu dari ideologi yang telah penulis ceritakan di atas? Atau tetap bertahan dengna ideologi Pancasila yang kita anut sekarang? Penulis tidak akan mempermasalahkan hal tersebut, yang ingin penulis tekankan disini adalah bagaimana sikap masyarakat Indonesia terhadap salah satu paham yang telah lama di Indonesia bahkan sebelum nama Indonesia itu ada dan berjasa besar terhadap kemerdekaan bangsa ini. Yang sekarang nasibnya disingkirkan dan dibuang jauh-jauh seperti musuh terbesar bangsa. Apakah selamanya kita akan seperti ini, menjadi budak budak media massa dan hasil diktatorisme Rezim Soeharto? Apakah kita ingin dibodohi dengan pola pikir yang ditanamkan paksa kepada kita selama 32 tahun yang lalu? Masihkah kita harus takut akan pembahasan mengenai ideologi selain ideologi barat? Akankah mata kita selalu tertutup dengan kekuasaan kapitalisme? Hanya diri kita sendiri yang dapat menjawab semua pertanyaan tadi. Tidak ada yang memaksa untuk memilih salah satu, kecuali ketakutanmu terhadap sisa-sisa rezim orde baru. Sebagai seorang mahasiswa, seharusnya kita menjadi manusia yang memiliki semangat baru yang menggelora, yang selalu meneriakkan suaranya dengan lantang tentang kebenaran, manusia yang selalu bicara tentang idealisme, dan manusia yang kelak akan menjadi penerus bangsa ini. Apakah kita harus tunduk pada ideologi penguasa modal dan mengorbankan idealisme kita? Jika tidak ada lagi manusia bebas dan ideal di dunia ini, untuk apa hidup dunia ini dipertahankan?



Jayalah Indonesiaku, merdeka Indonesiaku !




Gheady Wheland Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa Teknik Kimia ITB

No comments:

Post a Comment