Mungkin saat
membaca judul tulisan ini, anda sedikit bingung apa sebenarnya maksud dari
tulisan ini. Untuk mengawali tulisan, mari kita jabarkan definisi satu per satu
poin dari judul diatas. Yang pertama adalah industrialisasi. Industrialisasi
merupakan proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruh sektor ekonomu yang
memiliki kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri
pengolahan (Wanum, 2010). Kata kedua adalah lingkungan hidup. Bila
didefinisikan, lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia serta mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Setiap negara
pasti ingin menjadi negara maju, termasuk Indonesia. Pengklasifikasian negara
maju dan negara berkembang sendiri tidak memiliki definisi yang pasti. Salah
satu indikator yang sering digunakan untuk menentukan kemajuan suatu negara
adalah GDP, GNP, dan pendapatan per kapita. akan tetapi, sebenarnya kemajuan
dari suatu negara tidak hanya ditinjau dari segi ekonomi saja. Akan tetapi juga
meninjau indikator lain seperti tingkat pendidikan, pelayanan kesehatan,
lingkungan, dan indikator yang lain. Semua indikator tadi direpresentasikan
dengan Human Development Index (HDI).
Negara dengan nilai HDI diatas 0,8 diklasifikasikan sebagai Very high human development. Negara di
dunia ini yang temasuk 5 besar negara dengan HDI paling tinggi adalah adalah Norwegia,
Australia, Swiss, Denmark, dan Belanda. Akan tetapi, ujung-ujungnya faktor
ekonomilah yang berpengaruh sangat besar terhadap indikator lain. Dengan
perekonomian yang maju, dapat menjadikan kesehatan, kesehatan dan lingkungan
makin maju pula. Dan kalua kita tinjau lebih lanjut, perekonomian yang maju
disokong oleh kemajuan di sektor industri. Untuk memahami pengaruh
industrialisasi, kita bisa meninjau perkembangan negara dari tahap negara
tertinggal hingga menjadi negara maju.
Yang pertama
adalah tahap negara tertinggal. Negara tertinggal, atau kadang-kadang juga
disebut negara terbelakang merupakan negara yang belum mampu berdiri sendiri
karena tidak memiliki system ekonomi yang dapat menstabilkan tingkat
perekonomian. Negara terbelakang ditandai dengan tingginya tingkat kemiskinan,
kota yang dipadati oleh pengemis dan penduduk desa sulit mencari nafkah di kampung
halamannya sendiri (Paul Hoffman, 1993). Fasilitas publik seperti rumah sakit,
sekolah, jalan raya dan jalur kereta api saja belum memadai apalagi dengan
pembangunan industri. Sebenarnya negara tersebut tidak memiliki industri
bukankarena belum menjadi negara berkembang, akan tetapi negara tersebut tidak
berkembang karena tidak ingin mengembangkan industrinya. Mengapa dapat
demikian? Mari kita lihat tahap selanjutnya yaitu tahap negara berkembang.
Yang kedua
adalah tahap negara berkembang. Negara berkembang adalah sebuah negara dengan
basis industri yang belum terbangun dengan baik dan memiliki HDI rendah
dibandingkan negara lain (Sullivan, 2003). Akan tetapi, definisi ini kemudian
berubah tahun 1990an dimana negara berkembang digambarkan dengan negara yang
memiliki pertumbuhan yang tinggi (Korotayev, 2014). Mungkin untuk tahap yang
satu ini kita sedikit banyak sudah mengetahuinya. Ya, Indonesia, negara
tercinta kita ini sekarang sedang berada di tahap ini. Beberapa negara
berkembang lain seperti brazil, meksiko, Malaysia, dan india merupakan negara
yang sedang mengalami kemajuan ekonomi yang cepat, terutama akibat dari
industrialisasi. Di Indonesia sendiri, proses industrialisasi sudah dimulai
sejak zaman orde baru. Diawali dengan dibukanya keran investasi asing masuk ke
Indonesia yang memudahkan pengembangan industri di berbagai sektor. Akan
tetapi, sekarang ini kawasan industri di Indonesia sendiri masih sangat
terbatas dan hanya terpusat di Pulau Jawa. Selain itu, kebanyakan sektor
industri juga masih dikuasai oleh pihak asing. Bukan hal itu salah, tapi haruskan
kita berdiam diri melihat mereka menjadi tuan rumah di negeri orang?
Seharusnya, sebagai tamu, merekalah yang harus tunduk pada tuan rumahnya. Bukan
malah sebaliknya, tuan rumah yang tunduk patuh kepada tamunya. Hal itu yang
terjadi di Indonesia sekarang. Alhasil, sudah 70 tahun Indonesia merdeka, tapi
kita masih saja bertahan nyaman di tahap negara berkembang. Kalau berkembang
terus, kapan majunya? Tapi kalua mau kita tinjau lebih lanjut lagi, sebenarnya
ini wajar terjadi ketika Indonesia kalah bersaing dengan dunia barat. Dimana
mereka sudah 350 tahun lebih maju dibandingkan negara ini. Kita ingat, bahwa
penjajahahn di Indonesia berlangsung selama 350 tahun. Dimana selama itu pula,
masyarakat di negri ini dibungkam, dibodohi, dan ditutup aksesnya terhadap ilmu
pengetahuan dunia luar. Namun apakah hal tersebut bisa jadi pembenaran? Mari
sejenak kita lihat negara tetangga kita, Malaysia yang notabene merdeka setelah
negara kita merdeka, namun sekarang mereka beberapa langkah lebih maju dari
negeri kita.
Dan yang ketiga
adalah tahap negara maju. Negara yang sudah mencapai tahap ini secara ekonomi
sangat maju disbanding negara lain. Industri yang berkembang sudah berbasis
industri teknologi dan industri jasa. Kedua industri ini memerlukan sumber daya
yang sedikit namun nilai jualnya sangat tinggi. Hampir semua negara maju adalah
negara eropa dan amerika utara, yang notabene terkena dampak industrialisasi
inggris abad 18 yang lalu. Mereka melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap
alam dan manusia untuk menghasilkan produk industri. Untuk menggambarkan apa
yang negara barat itu lakukan 300 tahun yang lalu, sekarang lihatlah negara
cina yang sedang gencar-gencarnya membangun industri di negerinya. Beijing,
yang merupakan ibukota cina dan termasuk pusat industri di cina, sempat
tertutupi asap tebal yang berasal dari industri dan pembangkit listrik dalam
waktu yang lama. Hal tersebut juga terjadi di kota-kita lain di cina. Akibatnya,
banyak kecaman dari negara barat untuk mengurangi emisi yang dikeluarkan cina.
Mereka beranggapan, emisi yang dikeluarkan cina bisa mempercepat laju pemanasan
global. Tapi, apakah mereka juga berpikir bahwa 300 tahun yang lalu mereka juga
melakukan hal yang sama sepeerti cina? Lalu apakah negara lain juga tidak boleh
mengikuti jejak langkah mereka untuk mencapai sebuah kemajuan? Dan apakah hanya
dengan cara merusak alam suatu negara dapat maju? Mungkin jawabannya bisa diantara
iya dan tidak. Tidak karena jika alam rusak, maka kesetimbangannya bisa
terganggu dan ujungnya manusia juga yang akan menganggung akibatnya. Jika iya,
sekarang kita lihat realita yang ada. Adakah negara maju dimana mereka maju
karena mengembangkan industri dengan sangat memperhatikan faktor lingkungan?
Tidak bung, semua mereka merusak alam dahulu baru maju dan akhirnya jadi
pecinta lingkungan. Akan tetapi, tidak bisakah kita mencipatakan jalan lain
agar negara kita bisa maju? Atau kita harus menciptakan jalan yang baru namun
dengan tujuan yang sama?
Jika ditinjau
lebih dalam lagi, seharusnya negara kita dapat menjadi negara maju dengan
jalannya sendiri. Mengapa? Karena setiap negara memiliki potensinya masing
masing. Oleh karena itu, seharusnya kita bisa memanfaatkan potensi tersebut
untuk membangun Indonesia menjadi negara maju. Masalahnya sekarang, belum ada
negara di dunia ini yang maju hanya karena pertaniannya. Kalau kata salah satu
dosen saya, suatu negara itu bisa maju bukan karena pertaniannya maju, tapi
karena industrinya maju. Kalua hanya pertanian maju, paling maksimal hanya bisa
memenuhi isi perut manusia manusianya. Kalua mau kaya harus bmembangun
industri. Selain itu, secara fakta memang mengatakan bahwa tidak ada negara di
dunia ini yang bisa maju dan menjadi negara kaya hanya dengan bertani. Namun,
fakta yang lain berkata bila setelah industrialisasi terjadi, negara yang telah
maju akan menuju ke arah industri yang ramah lingkungan serta sangat
memperhatikan alam dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Jika kita telah
mengetahui jalan menuju industrialisasi itu harus merusak alam tetapi kemudian
ujung-ujungnya juga kembali ke alam, haruskah kita mengikuti jalan seperti
negara industri eropa yang merusak alam terlebih dahulu merusak alam baru
setelah maju memikirkan alam, atau kita bangun jalan pintas kerena kita yang
sudah tau bahwa pada akhirnya nanti industri juga akan memperhatikan faktor lingkungan
?
Jika ingin
melakukan industrialisasi di Indonesia, kita sudah terbentur banyak hal. Selain
pengadaan modal yang sulit, tapi juga mekanisme perizinan terutama tentang
lingkungan dirasa sebagian besar pengusaha industri menghambat pertumbuhan
industri di Indonesia. Kita lihat saja, hanya untuk mendapatkan sertifikan
AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) diperlukan waktu yang sangat lama dan proses
yang berbelit-belit. Belum lagi protes yang dilancarkan oleh lembaga seperti
LSM-LSM yang mengaku sebagai pencinta lingkungan yang banyak menghambat
pembangunan sebagian besar industri di Indonesia. Mereka selalu
menggembar-gemborkan aksi cinta lingkungan, seakan-akan tidak sadar mereka juga
bisa makan dari hasil usaha perusakan alam seperti yang mereka katakana, yaitu
industri. Industri selalu menjadi stigma negative di hadapan kebanyakan orang,
terutama bagi orang-orang yang “sok” jadi pecinta lingkungan atau orang-orang
yang dari kecil sudah ditanamkan stigma negative tentang industri. Mungkin
teman-teman yang membaca tulisan ini bisa sedikit mengingat masa lalu dimana
guru kita sat berbicara tentang industri selalu disangkut pautkan dengan
pencemaran limbah, perusakan hutan, pemanasan global, dan hal-hal buruk lain.
Masih jarang guru yang mendukung dan membuat siswanya untuk sadar bahwa
industrilah yang membawa suatu negara ke dalam masa kejayaannya. Kita harus
buang jauh jauh pandangan bahwa industri itu harus selalu kontra dengan
lingkungan. Tidak, tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah. Mengapa?
Karena memang kenyatannya yang namanya industri itu sedikit atau banyak ada
dampak perusakannya bagi lingkungan. Kemudian kita harus bagaimana?
Industrialisasi
di Indonesia adalah harga mutlak. Namun pengembangan industri berbasis sustainability development for green
industry juga harus dilakukan agar di masa depan kita bisa memanfaatkan
kelebihan Indonesia di bidang sumber daya alam terbarukan. Jangan jadikan faktor
lingkungan sebagai pembatas kemajuan industri, namun jadikan hal tersebut
sebagai opportunity yang kita miliki namun bangsa lain tidak miliki. Karena
suatu negara bisa maju karena masyarakatnya sadar akan kelebihan yang dia miliki.
Gheady Wheland
Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa
Teknik Kimia ITB
Daftar Pustaka
Paul Hoffman
(Ekonomi Pembangunan dan Perencanaa, dalam M.L Jhingan, 1993)
Sullivan,
Arthur; Steven M. Sheffrin (2003). Economics: Principles in Action. Upper
Saddle River, New Jersey 07458: Pearson Prentice Hall. p. 471. ISBN
0-13-063085-3.
Korotayev A.,
Zinkina J. On the structure of the present-day convergence. Campus-Wide
Information Systems. Vol. 31 No. 2/3, 2014, pp. 139-152
No comments:
Post a Comment