Saturday, April 9, 2016

Industrialisasi, Lingkugan Hidup, dan Kemajuan Bangsa




Mungkin saat membaca judul tulisan ini, anda sedikit bingung apa sebenarnya maksud dari tulisan ini. Untuk mengawali tulisan, mari kita jabarkan definisi satu per satu poin dari judul diatas. Yang pertama adalah industrialisasi. Industrialisasi merupakan proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruh sektor ekonomu yang memiliki kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan (Wanum, 2010). Kata kedua adalah lingkungan hidup. Bila didefinisikan, lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia serta mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.

Setiap negara pasti ingin menjadi negara maju, termasuk Indonesia. Pengklasifikasian negara maju dan negara berkembang sendiri tidak memiliki definisi yang pasti. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menentukan kemajuan suatu negara adalah GDP, GNP, dan pendapatan per kapita. akan tetapi, sebenarnya kemajuan dari suatu negara tidak hanya ditinjau dari segi ekonomi saja. Akan tetapi juga meninjau indikator lain seperti tingkat pendidikan, pelayanan kesehatan, lingkungan, dan indikator yang lain. Semua indikator tadi direpresentasikan dengan Human Development Index (HDI). Negara dengan nilai HDI diatas 0,8 diklasifikasikan sebagai Very high human development. Negara di dunia ini yang temasuk 5 besar negara dengan HDI paling tinggi adalah adalah Norwegia, Australia, Swiss, Denmark, dan Belanda. Akan tetapi, ujung-ujungnya faktor ekonomilah yang berpengaruh sangat besar terhadap indikator lain. Dengan perekonomian yang maju, dapat menjadikan kesehatan, kesehatan dan lingkungan makin maju pula. Dan kalua kita tinjau lebih lanjut, perekonomian yang maju disokong oleh kemajuan di sektor industri. Untuk memahami pengaruh industrialisasi, kita bisa meninjau perkembangan negara dari tahap negara tertinggal hingga menjadi negara maju.

Yang pertama adalah tahap negara tertinggal. Negara tertinggal, atau kadang-kadang juga disebut negara terbelakang merupakan negara yang belum mampu berdiri sendiri karena tidak memiliki system ekonomi yang dapat menstabilkan tingkat perekonomian. Negara terbelakang ditandai dengan tingginya tingkat kemiskinan, kota yang dipadati oleh pengemis dan penduduk desa sulit mencari nafkah di kampung halamannya sendiri (Paul Hoffman, 1993). Fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, jalan raya dan jalur kereta api saja belum memadai apalagi dengan pembangunan industri. Sebenarnya negara tersebut tidak memiliki industri bukankarena belum menjadi negara berkembang, akan tetapi negara tersebut tidak berkembang karena tidak ingin mengembangkan industrinya. Mengapa dapat demikian? Mari kita lihat tahap selanjutnya yaitu tahap negara berkembang.
Yang kedua adalah tahap negara berkembang. Negara berkembang adalah sebuah negara dengan basis industri yang belum terbangun dengan baik dan memiliki HDI rendah dibandingkan negara lain (Sullivan, 2003). Akan tetapi, definisi ini kemudian berubah tahun 1990an dimana negara berkembang digambarkan dengan negara yang memiliki pertumbuhan yang tinggi (Korotayev, 2014). Mungkin untuk tahap yang satu ini kita sedikit banyak sudah mengetahuinya. Ya, Indonesia, negara tercinta kita ini sekarang sedang berada di tahap ini. Beberapa negara berkembang lain seperti brazil, meksiko, Malaysia, dan india merupakan negara yang sedang mengalami kemajuan ekonomi yang cepat, terutama akibat dari industrialisasi. Di Indonesia sendiri, proses industrialisasi sudah dimulai sejak zaman orde baru. Diawali dengan dibukanya keran investasi asing masuk ke Indonesia yang memudahkan pengembangan industri di berbagai sektor. Akan tetapi, sekarang ini kawasan industri di Indonesia sendiri masih sangat terbatas dan hanya terpusat di Pulau Jawa. Selain itu, kebanyakan sektor industri juga masih dikuasai oleh pihak asing. Bukan hal itu salah, tapi haruskan kita berdiam diri melihat mereka menjadi tuan rumah di negeri orang? Seharusnya, sebagai tamu, merekalah yang harus tunduk pada tuan rumahnya. Bukan malah sebaliknya, tuan rumah yang tunduk patuh kepada tamunya. Hal itu yang terjadi di Indonesia sekarang. Alhasil, sudah 70 tahun Indonesia merdeka, tapi kita masih saja bertahan nyaman di tahap negara berkembang. Kalau berkembang terus, kapan majunya? Tapi kalua mau kita tinjau lebih lanjut lagi, sebenarnya ini wajar terjadi ketika Indonesia kalah bersaing dengan dunia barat. Dimana mereka sudah 350 tahun lebih maju dibandingkan negara ini. Kita ingat, bahwa penjajahahn di Indonesia berlangsung selama 350 tahun. Dimana selama itu pula, masyarakat di negri ini dibungkam, dibodohi, dan ditutup aksesnya terhadap ilmu pengetahuan dunia luar. Namun apakah hal tersebut bisa jadi pembenaran? Mari sejenak kita lihat negara tetangga kita, Malaysia yang notabene merdeka setelah negara kita merdeka, namun sekarang mereka beberapa langkah lebih maju dari negeri kita.

Dan yang ketiga adalah tahap negara maju. Negara yang sudah mencapai tahap ini secara ekonomi sangat maju disbanding negara lain. Industri yang berkembang sudah berbasis industri teknologi dan industri jasa. Kedua industri ini memerlukan sumber daya yang sedikit namun nilai jualnya sangat tinggi. Hampir semua negara maju adalah negara eropa dan amerika utara, yang notabene terkena dampak industrialisasi inggris abad 18 yang lalu. Mereka melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap alam dan manusia untuk menghasilkan produk industri. Untuk menggambarkan apa yang negara barat itu lakukan 300 tahun yang lalu, sekarang lihatlah negara cina yang sedang gencar-gencarnya membangun industri di negerinya. Beijing, yang merupakan ibukota cina dan termasuk pusat industri di cina, sempat tertutupi asap tebal yang berasal dari industri dan pembangkit listrik dalam waktu yang lama. Hal tersebut juga terjadi di kota-kita lain di cina. Akibatnya, banyak kecaman dari negara barat untuk mengurangi emisi yang dikeluarkan cina. Mereka beranggapan, emisi yang dikeluarkan cina bisa mempercepat laju pemanasan global. Tapi, apakah mereka juga berpikir bahwa 300 tahun yang lalu mereka juga melakukan hal yang sama sepeerti cina? Lalu apakah negara lain juga tidak boleh mengikuti jejak langkah mereka untuk mencapai sebuah kemajuan? Dan apakah hanya dengan cara merusak alam suatu negara dapat maju? Mungkin jawabannya bisa diantara iya dan tidak. Tidak karena jika alam rusak, maka kesetimbangannya bisa terganggu dan ujungnya manusia juga yang akan menganggung akibatnya. Jika iya, sekarang kita lihat realita yang ada. Adakah negara maju dimana mereka maju karena mengembangkan industri dengan sangat memperhatikan faktor lingkungan? Tidak bung, semua mereka merusak alam dahulu baru maju dan akhirnya jadi pecinta lingkungan. Akan tetapi, tidak bisakah kita mencipatakan jalan lain agar negara kita bisa maju? Atau kita harus menciptakan jalan yang baru namun dengan tujuan yang sama?

Jika ditinjau lebih dalam lagi, seharusnya negara kita dapat menjadi negara maju dengan jalannya sendiri. Mengapa? Karena setiap negara memiliki potensinya masing masing. Oleh karena itu, seharusnya kita bisa memanfaatkan potensi tersebut untuk membangun Indonesia menjadi negara maju. Masalahnya sekarang, belum ada negara di dunia ini yang maju hanya karena pertaniannya. Kalau kata salah satu dosen saya, suatu negara itu bisa maju bukan karena pertaniannya maju, tapi karena industrinya maju. Kalua hanya pertanian maju, paling maksimal hanya bisa memenuhi isi perut manusia manusianya. Kalua mau kaya harus bmembangun industri. Selain itu, secara fakta memang mengatakan bahwa tidak ada negara di dunia ini yang bisa maju dan menjadi negara kaya hanya dengan bertani. Namun, fakta yang lain berkata bila setelah industrialisasi terjadi, negara yang telah maju akan menuju ke arah industri yang ramah lingkungan serta sangat memperhatikan alam dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Jika kita telah mengetahui jalan menuju industrialisasi itu harus merusak alam tetapi kemudian ujung-ujungnya juga kembali ke alam, haruskah kita mengikuti jalan seperti negara industri eropa yang merusak alam terlebih dahulu merusak alam baru setelah maju memikirkan alam, atau kita bangun jalan pintas kerena kita yang sudah tau bahwa pada akhirnya nanti industri juga akan memperhatikan faktor lingkungan ?
Jika ingin melakukan industrialisasi di Indonesia, kita sudah terbentur banyak hal. Selain pengadaan modal yang sulit, tapi juga mekanisme perizinan terutama tentang lingkungan dirasa sebagian besar pengusaha industri menghambat pertumbuhan industri di Indonesia. Kita lihat saja, hanya untuk mendapatkan sertifikan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) diperlukan waktu yang sangat lama dan proses yang berbelit-belit. Belum lagi protes yang dilancarkan oleh lembaga seperti LSM-LSM yang mengaku sebagai pencinta lingkungan yang banyak menghambat pembangunan sebagian besar industri di Indonesia. Mereka selalu menggembar-gemborkan aksi cinta lingkungan, seakan-akan tidak sadar mereka juga bisa makan dari hasil usaha perusakan alam seperti yang mereka katakana, yaitu industri. Industri selalu menjadi stigma negative di hadapan kebanyakan orang, terutama bagi orang-orang yang “sok” jadi pecinta lingkungan atau orang-orang yang dari kecil sudah ditanamkan stigma negative tentang industri. Mungkin teman-teman yang membaca tulisan ini bisa sedikit mengingat masa lalu dimana guru kita sat berbicara tentang industri selalu disangkut pautkan dengan pencemaran limbah, perusakan hutan, pemanasan global, dan hal-hal buruk lain. Masih jarang guru yang mendukung dan membuat siswanya untuk sadar bahwa industrilah yang membawa suatu negara ke dalam masa kejayaannya. Kita harus buang jauh jauh pandangan bahwa industri itu harus selalu kontra dengan lingkungan. Tidak, tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah. Mengapa? Karena memang kenyatannya yang namanya industri itu sedikit atau banyak ada dampak perusakannya bagi lingkungan. Kemudian kita harus bagaimana?

Industrialisasi di Indonesia adalah harga mutlak. Namun pengembangan industri berbasis sustainability development for green industry juga harus dilakukan agar di masa depan kita bisa memanfaatkan kelebihan Indonesia di bidang sumber daya alam terbarukan. Jangan jadikan faktor lingkungan sebagai pembatas kemajuan industri, namun jadikan hal tersebut sebagai opportunity yang kita miliki namun bangsa lain tidak miliki. Karena suatu negara bisa maju karena masyarakatnya sadar akan kelebihan yang dia miliki.





Gheady Wheland Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa Teknik Kimia ITB





Daftar Pustaka
Paul Hoffman (Ekonomi Pembangunan dan Perencanaa, dalam M.L Jhingan, 1993)
Sullivan, Arthur; Steven M. Sheffrin (2003). Economics: Principles in Action. Upper Saddle River, New Jersey 07458: Pearson Prentice Hall. p. 471. ISBN 0-13-063085-3.
Korotayev A., Zinkina J. On the structure of the present-day convergence. Campus-Wide Information Systems. Vol. 31 No. 2/3, 2014, pp. 139-152

No comments:

Post a Comment