Komunisme.
Apa yang pertama kali anda pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Mungkin
saya bisa sok tahu menebak anda sedang memikirkan sebuah ideologi radikal yang
pernah mencoba menggulingkan pemerintahan Indonesia tahun 1965 dimana terjadi
pembunuhan terhadap beberapa jendral besar di negeri ini. Ya, semua yang anda
pikirkan itu memang diajarkan dalam pelajaran sejarah sejak kita bersekolah di
sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Mungkin hampir semua guru kita
mengajarkan bahwa komunisme itu sebuah paham radikal yang penuh dengan
kekerasan dan harus disingkirkan dari bumi Indonesia. Selain itu, dalam
kehidupan sehari-hari pun kita masih saja melihat atau mendengar orang yang
anti atau mungkin menghindari pembicaraan tentang komunisme. Padahal, kalau
kita tinjau lebih lanjut, sebenarnya apa bedanya kita membicarakan kapitalisme
dengan kita membicarakan komunisme? Keduanya merupakan dua paham yang
mendominasi bumi ini selama lebih dari satu abad terakhir.
Sikap
anti komunisme dan sosialisme di Indonesia mungkin punya dasar yang kuat yaitu
karena kejadian pemberontakan dan pembantaian PKI tahun ’65 yang ingin
menurunkan pemerintahan saat itu. Namun, benarkah hal yang diceritakan dalam
buku-buku sejarah itu yang benar-benar terjadi? Ataukah semua kejadian itu
hanya sebuah konspirasi belaka dimana saat itu terjadi perebutan pengaruh
antara amerika dan sekutu yang membawa kapitalisme dengan rusia dan pakta
warsawa yang membawa komunisme. Tulisan ini tidak akan dibahas lebih lanjut
mengenai teori konspirasi tersebut karena ilmu dan fakta yang penulis miliki
masih kurang. Penulis hanya ingin membagi pikiran kepada para pembaca mengenai
sosialisme yang merupakan dasar dari paham komunisme dan dinamikanya di
Indonesia.
Mungkin
banyak diantara kita yang masih rancu mengenai perbedaan antara sosialisme dan
komunisme. Sosialisme merupakan suatu paham utopis atau pemimpi yang terbatas
sekedar teori tanpa tindakan. Sedangkan komunisme merupakan sosialisme yang bertindak.
Komunisme sendiri lahir dari paham sosialisme yang sudah ada sejak zaman
industrialisasi di eropa. Paham ini pada awalnya dikenalkan oleh tokoh-tokoh
sosialis seperti Robert Owen (1858) yang merupakan bapak koperasi modern dari
inggris, Pierre Leroux dan Marrie Roch (1834) yang merupakan tokoh perancis.
Mereka mengkritisi revolusi industri melalui pemikiran radikal bahwa telah
terjadi perubahan dari manusia ke alat/mesin sehingga pemilik modallah yang
menguasai perindustrian. Akibatnya, muncul golongan proletar dari kaum buruh
yang menentang kamum kapitalis atau pemilik modal. Kemudian muncullah tokoh
Karl Marx yang merupakan tokoh komunisme yang berasal dari paham sosialisme.
Paham komunisme mencoba menggantikan system ketatanegaraan dan perekonomian
menjadi system komunis.
Di
Indonesia sendiri, komunisme mulai berkembang di awal abad ke-20. Tokoh komunis
yang terkenal pada saat itu adalah Tan Malaka, seorang pahlawan Indonesia,
orang yang bisa dibilang pertama kali mencetuskan ide mengenai pembentukan bangsa
Indonesia dalam bukunya, “Naar de
Republick Indonesia”, yang akhirnya harus terbunuh tahun 1949 oleh peluru
dari bangsa yang dia bela selama bertahun-tahun. Pergerakan komunis di
Indonesia mulai memuncak ketika terbentuk Partai Komunis Indonesia pada tahun 1921.
Gerakan ini muncul karena kekejaman penjajah belanda pada saat itu yang
mempekerjakan banyak orang Indonesia yang terkesan memeras seperti hewan
perahan yang tidak pernah diberi makan. Hasil dari pekerjaan rakyat kita hanya
dinikamati oleh pembesar belanda dan orang-orang dengan jabatan tinggi.
Alhasil, masyarakat mulai merasa geram dengan keadaan tersebut dan terjadilah
perlawanan terhadap kapitalisme penjajah berupa yang didasari paham komunisme.
Komunisme yang dari awal terbentuk selalu konsisten untuk melawan kapitalisme
yang dibawa oleh penjajah belanda ke negeri ini. Hanya ideologi islam mungkin
yang bisa kita setarakan dengan ideologi komunis sebagai ideologi yang selalu
aktif menentang kekuasaan penjajah.
Akan
tetapi, kedua ideologi tersebut pada akhirnya tidak menjadi ideologi yang
digunakan oleh bangsa Indonesia merdeka dalam system ketatanegaraannya. Bangsa
ini malahan menggunakan ideologi lain yang disebut ideologi Pancasila. Ideologi
Pancasila sendiri bisa dibilang sebagai kombinasi dari tiga ideologi yang
berkembang di negara ini, yaitu islam, sosialis, dan liberalis. Akan tetapi,
dalam keberjalannnya malah ideologi Pancasila cenderung memihak salah satu ideologi
yaitu liberalis. Pengaruh bangsa barat terhadap Indonesia sangat kuat sehingga
mampu meruntuhkan rezim soekarno yang pada akhir jabatannya sangat dekat dengan
blok timur. Puncaknya, kejadian G30S PKI yang kita kenal sekarang ini sebagai
peristiwa kudeta yang gagal oleh PKI. Namun, benarkah yang terjadi sesuai dengan
apa yang ditulis di buku sejarah kita? Banyak penelitian dan jurnal-jurnal
mengatakan bahwa peristiwa G30S PKI sampai peristiwa supersemar ditunggangi
kepentingan politik amerika. Entah benar atau tidak, yang pasti nyatanya
sekarang kita condong ke negara barat yang menjunjung tinggi kebebasan individu
serta penguasaan modal atau yang disebut liberalisme dan kapitalisme. Paham
tersebut yang selama 350 tahun menyengsarakan rakyat kita, sekarang kita malah
mendewakannya. Lihat saja, dalam kehidupan sehari-hari orang timur yang
seharusnya menjunjung kebersamaan dalam kemufakatan sekarang malah condong ke
kebebasan individualis dan pertentangan antar individu dan kelompok.
Selama
32 tahun, kita selalu di doktrin oleh rezim soeharto bahwa komunis adalah musuh
bangsa yang harus dibasmi sampai akar-akarnya. Bahkan, untuk benar-benar
membasmi ideologi tersebut dari Indonesia, rezim soeharto sampai menggunakan
metode pembunuhan massal untuk membasmi orang yang diduga mendukung PKI adan
menyebarkan ketakutan kepada masyarakat luas agar tidak lagi membicarakan atau
bahkan mendukung ideologi yang sudah berjasa besar bagi bangsa ini. Entah siapa
yang ada dibalik peristiwa tersebut, peristiwa yang tak pernah diadili secara hukum,
peristiwa yang jauh lebih kejam dengan peristiwa G30S PKI. Sampai sekarang
kasus pembunuhan massal terhadap antek PKI tersebut tidak pernah terdengar
lagi. Alhasil, produk 32 tahun
doktrinasi soeharto masih dapat kita rasakan setelah 18 massa orde baru
selesai. Masih banyak masyarakat yang anti membicarakan tentang komunisme,
apalagi mendukungnnya. Dampak bagi siswa yang masih bersekolah pun masih sangat
terasa, seperti pada pembelajaran sejarah di sekolah yang selalu menebar
kebencian terhadap komunisme dan menghilangkan tokoh-tokoh komunis yang
sebenarnya berjasa besar bagi negeri ini dari buku-buku sejarah. Selain itu,
sebagai bangsa yang sebagian besar penduduknya beragama islam, komunis juga
selalu diidentikkan sebagai ideologi yang tidak mempercayai adanya Tuhan.
Akibatnya, banyak faksi islam yang dulu sempat mendukung dan berjuang bersama
komunis sekarang sangat anti terhadap ideologi tersebut. Bisa dikatakan ideologi
yang satu ini sudah tidak memiliki tempat di negeri ini.
Jika
kita lihat di dunia, paham komunisme juga makin lama semakin hilang akibat
dorongan kapitalis. Puncaknya saat runtuhnya Uni Soviet yang menandakan
runtuhnya negara terbesar pusat kegiatan komunisme di dunia. Akan tetapi,
setelah beberapa tahun runtuhnya uni soviet, paham yang sudah lama hilang
tersebut mulai berkembang lagi, namun dalam bentuk yang lebih modern yaitu
sosialis-demokratis. Banyak negara maju, seperti negara-negara skandinavia di
eropa sana yang telah menggunakan system pemerintahan sosialis-demokratis. Sebut
saja negara swedia, norwegia, finlandia, semua negara tersebut merupakan negara
maju yang sudah mulai menyadari bahwa mereka tidak bisa selamanya menggunakan
paham kapitalis. Ada suatu saat dimana suatu negara sudah begitu maju,
orang-orang didalamnya berpikir bagaimana untuk menyamaratakan kekayaan yang
dimiliki terhadap orang lain. Dalam implementasinya, paham sosialis di negara
tersebut dilakukan salah satunya dalam bentuk penerapan nilai pajak penghasilan
yang hampir di atas 30%. Kita bandingkan dengan Indonesia yang pajak
penghasilan hanya 10%. Pajak yang besar tersebut digunakan untuk sarana
kebutuhan dasar manusia yaitu kesehatan, pendidikan, serta pelayanan publik
yang lain. Alhasil, di negara-negara tadi kehidupan bisa dibilang terjamin
terutama pendidikan dan kesehatan. Walaupun begitu, negara tetap mengakui
kepemilikan individu, tidak seperti ideologi komunis yang tidak mengakui
kepemilikan individu. Selain itu, negara sosialis-demokratis tetap menjunjung
tinggi nilai-nilai demokrasi dimana setiap manusia memiliki kebebasan individu.
Sehingga bisa disimpulkan, sistem atau paham baru ini merupakan bentuk
penyesuaian dan kombinasi antara ideologi kiri yaitu sosialis dan ideologi
kanan yaitu demokrasi.
Kemudian,
bagaimana dengan Indonesia? Haruskah kita mengikuti salah satu dari ideologi
yang telah penulis ceritakan di atas? Atau tetap bertahan dengna ideologi
Pancasila yang kita anut sekarang? Penulis tidak akan mempermasalahkan hal
tersebut, yang ingin penulis tekankan disini adalah bagaimana sikap masyarakat
Indonesia terhadap salah satu paham yang telah lama di Indonesia bahkan sebelum
nama Indonesia itu ada dan berjasa besar terhadap kemerdekaan bangsa ini. Yang
sekarang nasibnya disingkirkan dan dibuang jauh-jauh seperti musuh terbesar
bangsa. Apakah selamanya kita akan seperti ini, menjadi budak budak media massa
dan hasil diktatorisme Rezim Soeharto? Apakah kita ingin dibodohi dengan pola
pikir yang ditanamkan paksa kepada kita selama 32 tahun yang lalu? Masihkah
kita harus takut akan pembahasan mengenai ideologi selain ideologi barat?
Akankah mata kita selalu tertutup dengan kekuasaan kapitalisme? Hanya diri kita
sendiri yang dapat menjawab semua pertanyaan tadi. Tidak ada yang memaksa untuk
memilih salah satu, kecuali ketakutanmu terhadap sisa-sisa rezim orde baru. Sebagai
seorang mahasiswa, seharusnya kita menjadi manusia yang memiliki semangat baru
yang menggelora, yang selalu meneriakkan suaranya dengan lantang tentang
kebenaran, manusia yang selalu bicara tentang idealisme, dan manusia yang kelak
akan menjadi penerus bangsa ini. Apakah kita harus tunduk pada ideologi
penguasa modal dan mengorbankan idealisme kita? Jika tidak ada lagi manusia
bebas dan ideal di dunia ini, untuk apa hidup dunia ini dipertahankan?
Jayalah Indonesiaku, merdeka Indonesiaku !
Jayalah Indonesiaku, merdeka Indonesiaku !
Gheady Wheland
Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa
Teknik Kimia ITB