Buku adalah jendela dunia? Ya,
sebuah kata yang sering didengungkan oleh guru kita semenjak sekolah dasar. Guru
kita selalu meminta kita untuk rajin membaca agar kita bisa melihat seluruh isi
dunia tanpa perlu menjelajahinya. Selain itu, buku juga membuka wawasan kita
yang dari awalnya tidak tahu menjadi tahu. Tapi, walaupun semua orang tahu
membaca itu sebegitu pentingya, namun kebanyakan dari kita terkesan tidak mau
tahu. Tahun 2003, peneliti melaksanakan program untuk International Student
Assessment, UNESCO, memperlihatkan kompetensi membaca anak usia 15 tahun di
Indonesia berada di posisi 39 dari 41 negara. Sekitar 37% bisa membaca tanpa
menangkap apa yang dibaca dan 24,8% bisa membaca tapi hanya mengerti satu
pengetahuan tentang buku yang dibaca. Penelitian terbaru tahun 2011 juga
menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Itu
artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang memiliki kemauan untuk
membaca buku dengan serius. Fakta tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat
124 dari 187 negara dalam penialaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kebanyakan
masyarakat Indonesia masih membawa budaya oral. Masyarakat belum memiliki
kebiasaan membaca. Kita hanya membaca ketika diberikan tugas dari sekolah atau
tempat bekerja. Di sela-sela waktu luang, kita jarang sekali membiasakan
mengisinya dengan membaca. Kebanyakan orang memilih menonton televisi, bermain
game, berbincang-bincang dengan teman, pergi ke mall, atau pergi ke suatu
tempat yang menyenangkan.
Membaca, bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia identik dengan ‘orang pintar’. Jadi, sebagian orang yang
merasa dirinya kurang pintar menjadi malu atau minder untuk membaca buku.
Selain itu, ada istilah ‘kutu buku’ yang dapat diartikan orang yang sangat
senang membaca buku. Seharusnya istilah tersebut bermagna postif, akan tetapi
sekarang ini istilah ‘kutu buku’ lebih bermakna negatif. Orang yang di cap
‘kutu buku’ dianggap sebagai orang yang hanya mengurung diri di kamar untuk
membaca buku, punya sedikit teman, dan sulit bersosialisasi. Padahal, orang
orang hebat di luar sana yang notabene dikenal masyarakat luas, mereka
merupakan orang-orang yang membuat kegiatan membaca sebagai kesehariannya. Muhammad
Hatta, Ir. Soekarno, Tan Malaka dan Sutan Sjahrir adalah 4 serangkai pendiri
bangsa Indonesia yang semua dari mereka senang membaca buku. Masih banyak lagi
tokoh hebat di dunia ini yang memiliki kebiasaan membaca sebagai keseharian
mereka.
Kemudian, apakah sesulit itukah
kebiasaan membaca ditumbuhkan dalam diri kita? Banyak sekali cara untuk
menumbuhkan kebiasaan membaca. Berikut ini merupakan beberapa cara untuk
menumbuhkan kebiasaan membaca pada diri kita :
1.
Mulai membawa buku kemanapun
Membaca
bisa kita mulai dengan membawa sebuah buku kemanapun kita pergi. Mulai dari
naik kendaraan umum, menunggu antrian di supermarket, bahkan saat buang air di
kamar mandi. Kalau sudah membawa, setidaknya akan muncul kemauan untuk membaca.
Jangan hiraukan lirikan sinis atau perkataan orang lain tentang kita yang
sedang membaca buku. Harusnya kamu merasa keren ketika membawa buku, bukan
malah merasa malu. Akan tetapi ketika sudah sibuk dengan buku bawaan kita,
jangan sampai lupa untuk berinteraksi dengan orang lain.
2.
Lakukan dimanapun
Membaca
dapat dilakukan dimanapun. Cobalah untuk memulai membaca buku sewaktu berangkat
ke sekolah ataupun berangkat bekerja. Daripada kita hanya menghabiskan waktu hanya
membuka smartphone untu bermain game, chatting, atau hanya sok-sokan membuka dan menutup menu utama,
lebih baik waktu luang ini kita manfaatkan untuk membaca. Akan tetapi, perlu
diingat bahwa kita juga harus tetap peka dan bersosialisasi terhadap lingkungan
sekitar. Cobalah mengatur waktu dimana kita harus berdiam dan membaca buku, dan
dimana kita harus bersosisalisasi dengan orang lain. Sadar waktu dan tempat,
mungkin hal ini yang membuat orang menjustifikasi para pembaca buku itu sebagai
orang yang anti social. Maka dari itu, jadilah pembaca yang cerdas dalam
memilih waktu dan tempat untuk membaca.
3.
Pilih buku yang sesuai
Hidup
itu hanya sebentar jadi cobalah untuk memilih hal baik mana yang ingin kamu
lakukan, termasuk membaca. Tidak mungkin kita membaca semua buku yang orang
bilang bagus, padahal belum tentu bermanfaat bagi diri kita. cobalah untuk mulai mencari buku yang
sekiranya menarik dan bermanfaat untuk pengembangan diri. Jangan hanya terpaku
untuk membaca buku fiksi atau novel yang menarik tapi kurang padat isi, tapi
cobalah untuk mencari bahan bacaan yang memang padat isi. Novel atau bacaan
fiksi lain mungkin bisa dijadikan selingan dikala memang butuh hiburan, tapi
jangan jadikan kebiasaan utama. Ketika kita sudah menentukan buku yang
sekiranya sesuai dengan apa yang kita inginkan, cobalah baca beberapa bagian
awal dari buku. Ketika sudah mencapai 50 halaman buku dan tetap tidak mendapat
apa yang kita inginkan, bisa jadi buku yang kita pilih bukan buku yang kira
cari. Hentikan membaca dan cobalah untuk mencari buku yang lain.
4.
Tingkatkan kemampuan membaca
Banyak
orang yang malas membaca karena merasa membaca itu membutuhkan banyak waktu
tapi sedikit mendapatkan pengetahuan. Mereka lebih memilih untuk memperoleh
pengetahuan dari sumber audiovisual seperti kelas, video, atau film. Padahal,
kalau kita tinjau lebih dalam lagi sebenarnya buku itu mengandung banyak sekali
pengetahuan. Akan tetapi, masalahnya adalah orang-orang yang mencoba membaca
buku belum memiliki kemampuan membaca yang mumpuni sehingga mereka beranggapan
membaca itu buang-buang waktu. Meningkatkan kemampuan membaca bisa menjadi salah
satu solusi untuk mempercepat proses membaca kita tanpa mengurangi ilmu yang
kita dapat dari sebuah buku. Ada beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk
meningkatkan kemampuan membaca kita.
- Yang pertama adalah membaca abstrak buku atau review buku terlebih dahulu sebelum mulai membaca. Sehingga, sebelum membaca keseluruhan buku kita sudah tahu apakah buku yang kit abaca sesuai dengan apa yang kita inginkan.
- Yang kedua, bacalah daftar isi sebelum dan sesudah membaca keseluruhan buku. Hal ini dapat membantu kita untuk melihat secara holistic mengenai hal apa yang ingin disampaikan oleh sebuah buku.
- Yang ketiga, cobalah untuk menangkap kata-kata kunci yang ada dalam suatu paragraf. Ketika kita sudah berhasil menangkap kata-kata kunci, kita jadi tahu apa yang dimaksud penulis dalam paragraph yang kita baca.
- Yang keempat, cobalah membaca kembali daftar isi setelah menyelesaikan membaca keseluruhan buku. Ini berguna untuk mereview kembali apa saja yang telah kit abaca dan kita dapat dari buku yang kita baca.
5.
Buat reading list
Daftar
buku apa saja yang akan kita baca sebaiknya disusun dengan baik dan sistematis
agar kita bisa tahu buku apa yang harus dibaca selanjutnya setelah
menyelesaikan sebuah buku. Selain sebagai media pengingat, reading list juga bisa menjadi dorongan dan motivasi untuk kita
menyelesaikan buku yang sedang dibaca agar bisa segera menyelesaikan buku-buku
lain yang ada di reading list. Buatlah
daftar buku yang jangan terlalu banyak untuk pertama kali mencoba membaca buku.
Mungkin bisa dicoba untuk membuat 10 daftar judul buku yang akan diselesaikan
selama setahun kedepan. Setelah itu, coba tingkatkan terus daftar buku yang ada
di reading list agar kemampuan
membaca kita juga ikut meningkat pula.
6.
Jadikan membaca sebuah kebiasaan
Saat
awal memulai membaca, mungkin kita menganggap membaca itu sebuah kewajiban yang
harus kita lakukan. Namun, setelah kebiasaan membaca itu mulai timbul, kita
harus segera meluruskan persepsi tentang membaca itu sendiri. Membaca
sebenarnya bukanlah sebatas kewajiban atau keharusan, tapi haruslah menjadi sebuah
kebutuhan seorang individu. Sama seperti makan dan minum, membaca seharusnya
juga dicari-cari oleh banyak orang yang haus akan bahan bacaan setiap harinya.
Ketika persepsi tersebut telah tertanam di dalam diri kita, maka dengan
sendirinya budaya membaca akan semakin mengakar dalam diri kita.
Setelah menjalani semua tadi, apakah kebiasaan membaca
kita akan tumbuh? Kembali ke kemauan kita masing-masing, apakah ingin benar-benar
mejadikan membaca sebagai sebuah kesenangan atau hanya sebuah selingan di waktu
luang. Karena manusia, termasuk penulis, hanya bisa menyebarkan sedikit
kebaikan, bukan untuk menjadikan orang lain baik. Semoga pengetahuan yang
penulis miliki bisa bermanfaat bagi orang yang mau berubah, dan bisa menjadi bacaan
selingan bagi orang yang hanya numpang lewat.
“Aku rela di
penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.”
― Mohammad Hatta
Gheady Wheland
Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa
Teknik Kimia ITB