Kelapa sawit, Elaeis guineensis, merupakan tumbuhan
yang berasal dari afrika tengah dan dapat tumbuh sebagai tanaman komersial di
dataran rendah daerah tropis. Produk utama dari kelapa sawit adalah crude palm
oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO). Minyak kelapa sawit kebanyakan diolah
menjadi produk minyak goreng, sabun, deterjen, dan turunan yang lain. Indonesia
dan Malaysia menjadi dua negara penghasil 80% produksi minyak sawit dunia
dengan Eropa merupakan konsumen terbesarnya. Selain kedua negara ini, sekarang
mulai dikembangkan penanaman dan perluasan lahan perkebunan kelapa sawit di
Filiphina, Thailand, Papua Nugini, serta negara-negara di Afrika dan Amerika
Latin (Oliver Pye dan Jayati Bhattacharya, 2013).
Di bandingkan
tumbuhan penghasil minyak yang lain, kelapa sawit memiliki hasil minyak per
hektar paling besar. Tabel 1 menunjukkan data produktivitas berbagai tanaman
penghasil minyak yang ada saat ini.
Tabel
1. Produktivitas Berbagai Tananaman Penghasil Minyak (sumber : journeytoforever.org)
Crop
|
litres oil/ha
|
oil palm
|
5950
|
coconut
|
2689
|
avocado
|
2638
|
macadamia nut
|
2246
|
jatropha
|
1892
|
pecan nut
|
1791
|
castor bean
|
1413
|
olive
|
1212
|
Rapeseed
|
1190
|
peanut
|
1059
|
cocoa (cacao)
|
1026
|
sunflower
|
952
|
Rice
|
828
|
Sesame
|
696
|
mustard seed
|
572
|
hazelnut
|
482
|
Soybean
|
446
|
hemp
|
363
|
cotton
|
325
|
oats
|
217
|
corn (maize)
|
172
|
Dari tabel 1
terlihat bahwa produktivitas minyak- dari sawit jauh lebih besar dibandingkan
dengan tanaman yang lain. Hal ini merupakan salah satu alasan kuat mengapa
sawit sangat digemari produsen sabun, deterjen dan bahan bakar nabati sebagai
bahan dasar produksinya.
Tabel
2. Produksi Miyak dari Berbagai Jenis Tanaman (Sumber : FAO Statistics Division,
2014)
Oil Crops
|
Production (tonnes
per year)
|
Oil palm
|
53269743
|
Soybean
|
41537509
|
Rapeseed
|
23570320
|
Oil palm kernel
|
6045006
|
Cottonseed
|
5300708
|
Groundnut
|
5170391
|
Olive, virgin
|
3320023
|
Coconut (copra)
|
3304575
|
Maize
|
2350511
|
Sesame
|
1277831
|
Linseed
|
543977
|
Safflower
|
144586
|
Tabel 2 menunjukkan produksi
berbagai jenis minyak dari berbagai jenis tanaman. Dapat terlihat bahwa
produksi minyak kelapa sawit dan minyak kacang kedelai sangat besar dibanding produksi
minyak dari sumber yang lain. Produksi minyak kelapa sawit sebagian besar
berasal dari Indonesia dan Malaysia, sedangkan produksi minyak dari kacang
kedelai sebagian besar berasal dari Amerika Serikat.
Dibalik berbagai
manfaat sawit ternyata masih banyak beberapa kalangan yang tidak setuju dengan
pemanfaatan sawit. Kalangan pemerhati lingkungan baik dalam maupun luar negeri
banyak memberikan kritikan terhadap penanaman sawit di Indonesia. Mereka
menganggap perkebunan sawit yang ada sekarang dapat merusak tanah karena
tanaman sawit sangat membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Selain itu,
pembukaan perkebunan sawit yang dilakukan dengan cara membakar hutan dan lahan
gambut juga menjadi alasan utama penolakan terhadap sawit. Penanaman tumbuhan homogen
di sebuah lahan yang luas juga dapat mengurangi diversivikasi dan keseimbangan
ekosistem yang ada.
Seperti yang
kita ketahui, beberapa negara di eropa sempat memperketat impor CPO dari
Indonesia karena perkebunan sawit di Indonesia dianggap tidak memenuhi kriteria
perkebunan sawit yang berkelanjutan. Salah satu contohnya adalah negara
Perancis yang menetapkan pajak sangat tinggi untuk impor CPO. Perkebunan sawit
di Indonesia bisa sampai dikatakan tidak berkelajutan karena dalam proses
pembukaan lahan hingga pengolahan limbah mengakibatkan dampak buruk bagi
lingkungan. Pembukaan lahan dengan cara membakar hutan, peremajaan pohon sawit
yang juga dilakukan dengan membakar pohon sawit yang sudah tua, serta
pengolahan limbah pengolahan CPO baik itu limbah cair maupun limbah padat yang
tidak dilakukan dengan baik.
Namun, larangan
tersebut akhirnya dicabut lantaran pemerintah Indonesia telah menetapkan
peraturan mengenai pengelolaan perkebunan sawit berkelanjutan. Peremajaan pohon
sawit dengan cara dibakar sudah dilarang serta pengolahan limbah cair dan padat
sudah dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan. Selain itu, pemerintah
juga telah menetapkan moratorium berjangka waktu dua tahun mengenai hutan
primer yang mulai berlaku 20 Mei 2011. Setelah itu, moratorium diperpanjang
kembali selama dua tahun hingga 2015. Sebagai gantinya Indonesia menerima paket
1 milyar dollar AS dari Norwegia. Pada tahun 2015, moratorium kembali
diperpanjang selama dua tahun samapi 2017. Namun dalam pelaksanaannya peraturan
tersebut masih sering dilanggar oleh pengusaha perkebunan sawit. Pembukaan
lahan masih dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk memperluas lahan sawitnya
(Indonesia Investment, 2016). Akan tetapi, langkah yang diambil oleh pemerintah
tersebut sudah cukup tepat untuk mengatasi masalah pembukaan hutan. Diperlukan
pengawasan dan birokrasi yang lebih baik agar perluasan kawasan perkebunan
sawit tidak dilakukan kembali.
Dibalik desakan
dari berbagai pihak, khususnya dari eropa, mengenai perkebunan sawit yang ada
di Indonesia tadi ternyata jika tinjau lebih lanjut negara-negara pengekspor
CPO dari Indonesia adalah negara-negara eropa sendiri. Berikut ini beberapa negara
tujuan ekspor CPO Indonesia terbesar:
Tabel
3. Data negara tujuan ekspor CPO terbesar tahun 2014 (BPS, 2015)
Negara Tujuan Ekspor
|
Besar ekspor (ton)
|
India
|
2.888.188
|
Belanda
|
866.087
|
Italia
|
601.648
|
Singapura
|
532.902
|
Spanyol
|
276.017
|
Dari tabel 3
dapat terlihat bahwa negara konsumen CPO selain India, berasal dari
negara-negara eropa. Seperti yang kita ketahui, bahwa tanaman sawit merupakan
tanaman yang hanya dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Hal itulah
mengapa negara barat tidak dapat mengembangkan sawit.
Sekarang,
negara-negara eropa dan amerika sedang mengembangkan tanaman penghasil
minyak-lemak selain sawit. Amerika telah cukup lama mengembangkan kacang
kedelai sebagai bahan biodiesel mereka. Di eropa pun mulai dikembangkan sumber
minyak-lemak dari biji bunga matahari, sorgum dan kanola. Mereka menganggap
bahwa tanaman yang mereka kembangkan jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan
dengan sawit. Faktanya, produktivitas minyak-lemak terbesar tetap dipegang oleh
sawit. Hal itu seperti yang tampak pada tabel 1 yang menyatakan hasil minyak/ha
lahan. Dari produktivitas itu dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan jumlah
minyak-lemak yang sama, sawit memerlukan luas lahan yang lebih kecil
dibandingkan tanaman lain.
Indonesia
seharusnya jangan takut akan ancaman embargo dari negara-negara eropa atas CPO
produksi kita. Pelarangan ekspor CPO ke negara eropa harusnya menjadi opportunity bagi Indonesia untuk
mengembangkan sendiri industri turunan CPO seperti industri sabun, gliserol,
biodiesel dan industri yang lain. Sudah saatnya negara kita berdikari dengan
sumber daya alam dan manusia yang kita miliki. 71 tahun Indonesia merdeka dari
penjajah, namun kita masih serasa dijajah. Kalau banyak orang bilang penjajahan
yang bangsa barat lakukan sekarang itu adalah ‘model baru’. Sebenarnya tidak
juga. 350 tahun yang lalu bangsa eropa datang ke Indonesia juga dengan membawa
modal untuk berdagang, sama seperti sekarang ini Mungkin yang berbeda, di zaman
itu mereka memakai seragam militer dan membawa senjata untuk memaksa kita untuk
‘berdagang’ dengan mereka. Kalau sekarang yang datang adalah orang memakai jas
dan dasi rapi yang membawa uang sebagai iming-iming kenikmatan dunia.
Sumber:
FAO Statistics
Division 2014. Diakses dari http://www.fao.org
Palm Oil.
Diakses dari http://www.indonesia-investments.com/zh_cn/business/commodities/palm-oil/item166?
Tanggal 14 Januari pukul 11.14 WIB.
Pye, Oliver.
Bhattacharya, Jayanti. 2013. “The Palm Oil Controversy in Southeast Asia: A
Transnational Perspective”. ISEAS Publishing: Singapore.
Ulum, Miftahul.
Hariyanto. 2015.“Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2014”. Badan Pusat Statistik
Indonesia: Jakarta.
Gheady Wheland Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa Teknik Kimia ITB