Penulis: Dale Carnegie & Associates, Inc., bersama
Brent Cole
Penerjemah: Nengah Krisnarini
Perwajahan: Era Saptiana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kesebelas, Agustus 2015
Tebal: xxiii + 281 halaman
ISBN: 978-602-03-1645-1
Harga: Rp 75.000,00
Rating saya: 4/5
“Kemungkinan besar, masalah terbesar yang anda hadapi adalah
berurusan dengan orang lain” (hal. Ix)
Pernyataan
tersebut yang melandasi Dale Carnegie untuk menulis sebuah buku berjudul “How
to Win Friends and Influence People”. Manusia merupakan makhluk social yang
harus hidup berdampingan dengan orang lain. Secara langsung maupun tidak
langsung, sekumpulan orang yang hidup berdampingan pasti harus menjalani suatu
interaksi satu sama lain. Banyak orang yang memiliki banyak ide cemerlang,
tetapi karena hubungannya dengan orang lain tidak bagus sehingga ide cemerlang
tersebut hanya berhenti sampai di pikiran saja.
Buku karya
Carnegie ini sudah dicetak ulang dalam berbagai Bahasa di seluruh belahan
dunia. Selain itu, isi buku ini juga sudah menyesuaikan dengan perubahan zaman.
Kita berada di zaman dimana ketika kata-kata yang salah atau salah dimengerti
bisa menimpulkan bencana (James Thurber, hal ix) dan informasi bisa menyebar dengan
begitu cepat dengan bantuan teknologi. Karena itulah buku ini mengalami
perubahan untuk menyesuaikan di Digital Age tanpa mengubah makna dan isi yang
ingin disampaikan oleh buku aslinya.
Buku yang
saya resensi ini merupakan hasil tulisan dari lembaga Dale Carnegie bersama Brent
Cole. Buku ini terdiri dari 4 bagian yang akan menjelaskan kepada kita secara
bertahap bagaimana cara memenangkan teman dan memengaruhi orang lain.
Bagian
Pertama : Yang Perlu Dilakukan dalam Keterlibatan.
Jika saya
adalah masalah dalam dunia ini, dan begitu juga anda, kita bisa berhenti
berpikir siapa yang benar. Mulailah untuk berpikir bagaimana memperbaiki dunia
ini. Kuburkan bumerang anda, kata-kata anda akan membentuk sebuah jalan yang
lebih cepat menuju kemajuan (hal. 15). Selain itu, dalam berhubungan dengan
orang lain kita harus menegaskan hal-hal baik baik. Segala kemajuan yang hebat
dan pemecahan masalah dengan pihak lain terjadi saat setidaknya salah satu
pihak bersedia mengakui kebaikan yang ada (hal. 28). Dan yang tidak kalah
penting dalam berhubungan dengan orang lain, cobalah berikan sentuhan
interpersonal yang mengenai bagian terdalam dari diri seseorang.
Bagian Kedua : Enam Cara untuk Memberikan Kesan yang Bertahan
Lama.
Carnegie
menguraikan enam cara untuk memberikan kesan kepada orang lain dan kesan
tersebut dapat bertahan lama. Yang pertama adalah menunjukkan minat terhadap minat orang lain. Sedikit orang yang
sadar bahwa orang lain sebenarnya tidak begitu tertarik ketika kita berbicara
mengenai diri kita sendiri. Yang kedua adalah tersenyum. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang paling mudah untuk
dilakukan, namun kebanyakan orang lupa untuk melakukannya. Padahal dengan
tersenyum akan meningkatkan nilai wajah anda (hal.67). Yang ketiga adalah berkuasa dengan nama. Orang lain akan
lebih tertarik dan memberikan perhatian kepada kit ajika kita memanggilnya
dengan namanya. Yang keempat adalah menyimak
lebih lama. Dengan menyimak lebih lama, kita akan mendapatkan kekuatan
untuk mengubah hati dan pikiran. Selain itu, menyimak adalah kekuatan untuk
memberikan apa yang sangat diinginkan orang lain untuk didengar dan dimengerti
(hal. 83). Selain itu, dengan mendengarkan akan membuat seseorang mendapatkan
rasa hormat yang besar (hal. 87). Yang kelima adalah membahas apa yang penting bagi mereka. Seringkali disaat kita
berbicara dengan orang lain, kita akan cenderung membicarakan hal yang menarik
bagi diri kita sendiri. Padahal, seharusnya anda membahas hal yang penting bagi
mereka terlebih dahulu. Jika anda melakukan sebaliknya, telinga mereka pun
tidak akan mendengarkan anda. Dan yang keenam adalah membuat orang merasa lebih baik. Selalu coba untuk membuat orang
lain merasa sedikit lebih baik, dan anda mungkin akan mengetahui bagaimana
tindakan itu bisa menjadikan anda besar dank e mana anda dibawanya.
Bagian Ketiga : Cara Mendapatkan dan Menjaga Kepercayaan
Orang Lain
Kepercayaan
merupakan sesuatu yang sangat mudah orang untuk kehilangannya, namun begitu
sulit untuk mengembalikannya. Carnegie mencoba memberikan saran kepada kita
bagaimana agar kita dapat mendapatkan dan menjaga kepercayaan yang diberikan
orang lain kepada kita. Yang pertama adalah menghindari argumen. Di zaman sekarang ini kita menghabiskan begitu
banyak waktu di internet dengan berdebat atau memberikan argumen. Coba buat
diri anda berbeda dengan menjadi pihak yang menghindari argumentasi (hal 118). Kemudian,
yang kedua adalah jangan pernah berkata “kau
salah”. Walaupun orang lain memang salah, namun sebisa mungkin kita jangan
secara langsung menyalahkan dia atas apa yang dia kerjakan. Hal ini karena
hanya sedikit orang yang menanggapi secara logis saat diberitahu bahwa mereka
salah (hal. 129). Yang ketiga adalah mengakui
kesalahan dengan cepat dan sungguh sungguh. Saat kita melakukan kesalahan,
kita harus dengan cepat dan sungguh sungguh mengakui bahwa kita benar-benar
salah. Yang keempat adalah awali dengan
sikap ramah. Jika anda ingin suara anda menjangkau melewati kebisingan dan
menembus permukaan agar orang lain bergerak ke arah anda, awalilah dengan sikap
ramah (hal. 147). Dengan begitu, anda akan dapat dengan mudah membuat orang
lain bersimpati dan bersikap ramah kepada anda. Yang kelima adalah mengakses afinitas. Dalam komunikasi,
anda harus menawarkan kepada mereka apa yang mereka inginkan jika anda ingin
memulai dengan kata “ya” dan terus menjaganya (hal. 153). Semakin banyak akta “ya”
yang anda dapatkan di awal, semakin besar kemungkinan anda untuk berhasil
mendapatkan kata “ya” untuk ide, solusi, atau transaksi anda (hal. 155). Yang
keenam adalah membiarkan orang lain
mendapatkan pengakuan. Sejatinya setiap orang membutuhkan pengakuan atas
apa yang dia perbuat. Oleh karena itu, cobalah untuk memberikan pengakuan
terhadap apa yang orang lain lakukan dan tahan ego pribadi yang ingin
membanggakan diri sendiri. Kesuksesan bukanlah mengenai perhatian dan pujian.
Kesuksesan adalah mengenai kemitraan dan kemajuan (hal. 163). Yang ketujuh
adalah terlibat secara empatik. Saat
anda meluangkan waktu untuk melihat dari perspektif orang lain, anda akan
bersimpati pada perasaan dan gagasannya. Tapi ingat, empati bukanlah sebuah
taktik networking untuk dipelajari, namun empati adalahs ebuah tautan kepada
kemakmuran di dalam hubungan manusia (hal. 169). Yang kedelapan adalah menggugah sifat mulia. Menggugah sifat
baik dalam diri orang-orang yang ingin kita pengaruhi bisa memberikan imbalan
yang hebat untuk diri kita. Untuk itu, cobalah menggugah sifat baik dan anda
pun dapat menggerakkan orang banyak, dan menggerakkan diri anda sendiri bersama
dengan mereka. Kesembilan adalah berbagi
perjalan. Setiap orang memiliki kisah perjalanannya masing masing dan
alangkah baiknya jika kisah tersebut dibagikan kepada orang lain. Dan yang
terakhir adalah memberikan tantangan
bagi orang lain.
Bagian Keempat : Cara Menuntun Perubahan Tanpa Penolakan atau
Kebencian
Untuk
membawa suatu perubahan kepada individu atau suatu kelompok tanpa terjadi
penolakana tau bahkan kebencian, Carnegie membagikan beberapa poin penting
untuk mencapai hal tersebut. Pertama-tama, awali
dengan sifat positif dan akui
kekurangan kita. Dengan begitu orang lain akan lebih bisa menerima kita.
Lalu mulailah untuk menyampaikan kesalahan
tapi tanpa menarik perhatian orang bahwa kita ingin memperbaiki kesalahan
tersebut. Lalu cobalah untuk mengajukan
pertanyaan daripada memberikan perintah secara langsung untuk membuat suatu
perubahan. Lalu cobalah untuk memberi
peringatan pada kesalahan yang masih terjadi dan tetap berfokuslah pada kemajuan. Dan yang terakhir adalah memberi semagat reputasi yang baik kepada
orang lain dan teruslah terhubung
dengan pihakan yang sama seperti di awal.
Dari
ringkasan singkat 4 bagian dari buku Carnegie tersebut kita dapat mengambil
banyak pelajaran hidup terutama tentang hubungan kita dengan orang lain. Banyak
dari poin poin yang disampaikan ternyata sangat sesuai dengan apa yang kita
alami saat ini. Dan mungkin kita akan sering berkata dalam pikiran “Wah, iya
ternyata benar juga apa yang dikatakan oleh buku ini,”. Itu karena sebenarnya
apa yang disampaikan oleh Carnegie sebagian besar adalah hal yang sudah kita
ketahui sebelumnya, akan tetapi kita hanya “tidak sadar” bahwa kita tahu. Buku
ini juga telah mengalami penyesuaian terhadap kondisi zaman digital seperti
sekarang ini. Contoh yang diberikan maupun masukan yang diberikan mengenai
hubungan antar individu telah mempertimbangkan kemajuan teknologi informasi dan
komunasi. Jarak yang tak lagi menjadi batasan seseorang untuk berkomunasi
dengan orang lain juga telah diperhitungkan.
Namun, jika
ditinjau lebih lanjut lagi buku ini sebenarnya merupakan buku yang “terlalu
baik”. Semua yang dijelaskan di dalam buku ini merupakan kondisi ideal yang
sejatinya tidak sepenuhnya ada di masyarakat. Karena, kadang-kadang ada kondisi
dimana kita harus mengambil keputusan yang buruk. Buruk disini bukan berarti
bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku, namun lebih ke jauh dekatnya
hubungan kita dengan orang lain. Selain itu, contoh-contoh yang diambil dalam
buku ini sebenarnya kurang dapat mengena langsung di hati pembaca khususnya
yang tidak berada senegara dengan asal dari buku ini. Hal ini karena contoh-contoh
yang diambil sebagian besar merupakan kisah yang terjadi di negeri Paman Sam,
tempat asal buku ini ditulis. Oleh karena itu, kita sebagai penduduk Indonesia
yang mungkin tidak sepenuhnya familiar dengan contoh yang diberikan akan sulit
menyerapi isi yang disampaikan.
Secara
keseluruhan, buku ini merupakan buku pengembangan diri yang cukup ringan dan saya sangat
merekomendasikan anda untuk membacanya. Apalagi bagi kalangan muda yang masih
belajar di bangku kuliah, yang belum sepenuhnya menapaki dunia luar. Sebelum
tiba waktunya berinteraksi langsung dalam masyarakat, ada baiknya kita belajar
terlebih dahulu bagaimana cara yang baik untuk berinteraksi. Dan tidak hanya
sekedar berinteraksi, namun dapat memenangkan hati dan memengaruhi orang lain.
“Karena kita mahasiswa, merupakan agen perubahan.”
Gheady Wheland
Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa
Teknik Kimia ITB