Monday, November 21, 2016

Kilang Mini: Salah Satu Solusi Kemandirian Energi di Indonesia



Beberapa hari lalu, tepatnya hari Sabtu 19 November 2016, kami mahasiswa kelas pengilangan minyak bumi dan beberapa penghuni Laboratorium Teknik Reaksi Kimia ITB berkesempatan untuk mengunjungi kilang mini yang pertama dibangun di Indonesia. Kilang mini milik PT. Tri Wahana Universal (TWU) yang berlokasi di Dusun Clangap, Desa Sumengko,Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Kilang ini memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah total 16.000 bpsd (barrel per stream day). Produk yang dihasilkan dari kilang mini ini ada beberapa macam yaitu Naptha/SRG, HSD/solar, MDO (Marine Diesel Oil) dan VTB/Residu. Di sana, kami berkesempatan untuk bertemu dengan salah satu pemilik kilang, yang juga merupakan alumni Teknik Kimia ITB, Bapak Rudi Tavinos. Beliau memberikan banyak sharing mengenai pengalaman beliau selama membangun kilang mini tersebut.


Gambar 1. Kilang PT. TWU di Bojonegoro

Jika kita lihat sekilas, mungkin dengan kapasitas hanya 16.000 bpsd maka tidak akan berpengaruh banyak terhadap kontribusi pengolahan minyak nasional yang mencapai 800.000 bpsd. Namun bila kita tinjau lebih dalam lagi, ternyata pembangunan kilang mini ini memiliki efef domino baik bagi lingkungan sekitar kilang maupun industri minyak nasional.

Pembangunan kilang dapat menyerap tenaga kerja lokal sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar. Selain dapat menyerap tenaga kerja, ternyata pembangunan kilang juga dapat menumbuhkan UKM di sekitar kawasan pabrik. Misalnya, hasil pengolahan minyak bumi yang berupa VGO (vacuum gas oil) dapat diolah oleh warga sekitar untuk membuat lilin. Lilin tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan batik dimana nilai jualnya lebih tinggi dibanding VGO.


Gambar 2. Kegiatan Penyediaan BBM oleh Pertamina

Secara nasional, pembangunan kilang mini dapat menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan produksi maupun distribusi BBM di Indonesia. Dari gambar 2 terlihat bahwa Indonesia masih banyak melakukan impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri. Minyak mentah banyak diimpor dari negara Timur Tengah, sedangkan BBM sebagian besar diimpor dari Singapura. Ada sesuatu yang menggelitik dari fakta tersebut. Walaupun luas singapura jauh lebih kecil dari Indonesia, ternyata negara tersebut memiliki kilang dengan kapasitas sangat besar yaitu mencapai 1,5 juta bpsd dan dapat menyediakan BBM untuk negara sebesar Indonesia. Namun, apakah hanya faktor kapasitas yang menyebabkan indonesia ‘dipaksa’ mengimpor BBM dari Singapura? Tidak mampukah negara ini membangun kilang sendiri?

Kalau ditanya kemampuan membangun kilang, sebenarnya secara SDM Indonesia sudah mampur. Terlihat dari banyak sekali insinyur yang berkualitas di Indonesia. Masalah yang selalu menghambat pembangunan kilang adalah paradigma tentang pembangunan kilang yang bisa dibilang ‘salah’. Capital cost yang besar, margin keuntungan yang tipis, serta harga minyak dunia yang tidak stabil selalu menjadi alasan utama pemerintah maupun swasta enggan membangun kilang.

Masalah pertama yaitu capital cost yang besar bisa jadi penghalang awal pembangunan kilang di Indonesia. Akan tetapi, dengan konsep kilang mini yang hanya memiliki kapasitas kecil yaitu dibawah 20.000 bpsd akan menyebabkan capital cost menjadi rendah. 

Masalah selanjutnya adalah margin keuntungan yang tipis. Dalam industri pengolahan minyak bumi, pemilik pabrik tidak bisa menentukan harga bahan baku seenaknya karena harga minyak bumi selalu mengikuti harga dunia. Di indonesia sendiri untuk harga minyak mentah ditetapkan dari ICP (Indonesian Crude Oil Price). Harga jual produk berupa BBM juga ditetapkan oleh pemerintah. Jadi dua komponen harga tersebut sangat sulit untuk ‘dimainkan’ oleh produsen. Ada satu komponen harga yang sebenarnya masih dapat dikurangi yaitu hargra transportasi bahan baku dan produk.

Biaya transportasi minyak mentah bisa dikurangi dengan pembangunan kilang mini di dekat sumur minyak. Pembangunan jenis ini bisa mengurangi biaya transportasi minyak mentah ke kilang. Namun, karena sebuah sumur juga memiliki umur tertentu maka suatu saat minyak di sumur tersebut akan habis dan kilang akan berhenti beroprasi. Untuk itulah, pembangunan kilang bisa menggunakan konsep bongkar pasang. Jadi ketika sumber minyak sudah tidak dapat berproduksi lagi, kilang mini dapat dibongkar dan dipindahkan ke sumur lain.


Gambar 3. Jalur Distribusi BBM di Indonesia

Selain tranpsortasi minyak mentah yang buruk, indonesia juga memiliki sistem distribusi BBM sangat buruk. Dari Gambar 3 dapat terlihat bahwa transportasi BBM yang tidak efisien karena jarak yang harus ditempuh BBM menuju ke tiap-tiap daerah sangat jauh, terutama di daerah indonesia timur. Berbeda halnya jika Indonesia dapat membangun fasilitas kilang di daerah, terutama yang memiliki sumber minyak maka sistem distribusi akan semakin simple dan ongkos transportasi dapat dikurangi. Jangan hanya memusatkan pembangunan kilang di kawasan indonesia barat saja. Pantaslah kalau harga BBM di indonesia bagian timur jauh lebih mahal dari yang seharusnya ditetapkan pemerintah.

Di pulau jawa yang notabene merupakan daerah yang maju dan berpenduduk paling padat saja sistem distribusi BBM masih banyak menggunakan banyak mobil tangka BBM. Seharusnya jika sistem perpipaan BBM sudah terintegrasi dari ujung barat hingga ujung timur, maka pertamina tidak perlu lagi menggunakan mobil tangki yang biaya biaya transportasinya jauh lebih tinggi dibandingkan menggunakan pipa. Sehingga biaya total distribusi BBM dapat dikurangi.

Melihat berbagai permasalahan penyediaan bahan bakar yang dapat diatasi dengan pembangunan kilang mini, maka sudah seharusnya semua elemen termasuk pemerintah dan pengusaha memulai pembangunannya di Indonesia. Dan yang paling penting lagi adalah kemauan kita semua untuk memberantas mafia migas yang ada di Indonesia. Atau kalau tidak bisa dibasmi, setidaknya bapak presiden yang harusnya jadi bos mafia migas di negara yang dimpimpinnya. Jangan sampai kursi tersebut jatuh ke tangan orang lain, apalagi orang negeri sebelah.



Gheady Wheland Faiz Muhammad
13013065
Mahasiswa Teknik Kimia ITB


Sumber :
www.twurefinery.com Diakses pada 22 November 2016 pukul 08.30
https://ycharts.com/indicators/singapore_oil_refinery_capacities Diakses pada 22 November 2016 pukul 10.00
Presentasi bapak Rudy Tavinos, Kilang PT. TWU Bojonegoro, 19 November 2016.
Slide kuliah Teknologi Pengilangan Minyak Bumi, oleh Bapak Subagjo. Teknik Kimia ITB, tahun 2016

No comments:

Post a Comment